"Ini hak politik RK. Karena beliau sebelumnya memang belum berpartai. Saat pilgub diusung berpasangan dengan kader PPP yakni Pak Uu," terang Awiek.
Sementara, Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani mengatakan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mempunyai potensi dan pengalaman memadai untuk dicalonkan pada pemilihan
gubernur (Pilgub) DKI Jakarta mendatang.
Hal itu dikatakan Kamhar merespons bergabungnya Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil pada Partai Golkar beberapa hari lalu.
"Kami menghormati keputusan Kang Emil yang saat ini memutuskan menjadi anggota keluarga besar Partai Golkar. Jika masuknya Kang Emil ke Golkar ini dipersiapkan untuk Pilgub DKI Jakarta sah-sah saja, beliau memiliki potensi dan pengalaman yang memadai untuk itu," kata Kamhar
Menurut Kamhar, Kang Emil memiliki pengalaman sukses sebagai Wali kota Bandung dan juga Gubernur Jabar.
"(Kang Emil) populer dan memiliki pengalaman sukses sebagai Walikota Bandung dan Gubernur Jawa Barat," ujarnya.
Namun, ia menuturkan jika ada banyak nama-nama populer yang digadang-gadang tampil pada Pilgub DKI mendatang dan hampir tiap partai punya jagoan masing-masing.
"Dari Partai Demokrat ada Mas Emil Dardak, Ibu Itu Octavia Jayabaya, Pak Anwar Hafid, Kang Dede Yusuf. Kami punya banyak stok kader utama yang berpengalaman di eksekutif, di legislatif maupun di
keduanya," ungkapnya.
Sementara, Pengamat politik Arifki Chaniago menyoroti Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil (RK) yang kini resmi bergabung sebagai kader Partai Golkar.
Bergabungnya RK, kata Arifki tentu bakal memberikan dampak positif terhadap Partai Golkar, apalagi dengan posisinya sebagai politisi yang aktif menggunakan media sosial.
Pria yang juga merupakan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic menjelaskan bergabungnya RK dengan Partai Golkar bakal memberikan beberapa dampak.
Pertama, Golkar tentu memiliki segmen baru dalam memperlebar pemilihnya, karena secara infrastruktur pemilihnya selama ini masih terbentuk atas warisan Orde Baru, sehingga bergabungnya RK pemilih pemula dan muda yang kategori Milenial dan Z tentu mudah kenal dengan Golkar.
Kedua, Golkar memiliki alternatif lain capres atau cawapres, jika di tahun 2024 Airlangga gagal maju.
Apalagi Jawa Barat sebagai basis suara kunci di Pilpes, bakal menguntungkan bagi Golkar atau capres yang diusungnya.