TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fatmawati merupakan sosok yang tak asing bagi bangsa Indonesia.
Sang saka merah putih yang berkibar pada hari kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan jahitan tangannya.
Tepat seabad lalu, 5 Februari 1923, Fatmawati lahir di Bengkulu.
Perjuangan ibu negara pertama itu masih membekas hingga abad kini.
Tak terkecuali kala dia mendampingi Presiden Soekarno pada masa-masa sulit.
Satu di antaranya, ketika ibu kota negara sempat dipindahkan ke Yogyakarta pada awal 1946.
Momen itu dikenang anaknya, Megawati Soekarnoputri.
"Ketika keadaan negara tidak aman, maksudnya di Jakarta, Bung Karno dan para pemimpin lainnya diminta untuk keluar dari ibu kota dan pindah ke Yogyakarta," ujarnya dalam acara Fatmawati Ibu Negara Pejuang: Sang Penjahit Merah Putih yang diselenggarakan PDI Perjuangan pada Minggu (5/2/2023).
Diceritakan Mega, waktu itu Fatmawati rela belanja ke pasar meski berstatus sebagai ibu negara.
Dengan naik andong, Fatmawati membeli berbagai bahan makanan untuk keperluan dapur umum.
"Saya tidak terbayang kalau sekarang seorang first lady itu masih membuka dapur umum, lalu belanja sendiri ke pasar memakai andong," kata Megawati.
Sebagai seorang first lady atau ibu negara yang punya segudang aktivitas, Fatmawati tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
"Saya sangat ingat bahwa beliau masih tetap memasak untuk Bung Karno. Lalu menyiapkan tentunya untuk kami," ujarnya.
Baca juga: Mengenang Ibu Agung Hj Fatmawati, Puan: Nenek Sekaligus Inspirasi
Seimbang dalam menjalankan peran seperti itulah yang menjadi teladan bagi Mega.
"Perempuan pelopor sekaligus sosok yang berpikiran terbuka, kritis, berkemajuan, namun tidak pernah melupakan kodratnya sebagai seorang ibu dan perempuan."