News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Belajar Peristiwa Gempa Turki, Kepala BMKG Beberkan Zona Wilayah Rawan Bencana Sejenis di Indonesia

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam acara Seminar Nasional dengan topik 'Mitigasi Bencana Secara Cepat sebagai Upaya Antisipasi Dini Untuk Memahami Potensi Bahaya Gempa Bumi dan Resikonya' secara daring di Sekolah Partai PDIP Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (2/3/2023).

Menurutnya, ada dua patahan lempeng yang terjadi pada gempa Turki. Yakni patahan East Anatolian yang bergerak dengan skala lebih dari 7 skala richter, dan dilanjutkan beberapa jam kemudian dengan patahan lainnya di North Atatolian. Sehingga ada 3 gempa terjadi dalam waktu hampir bersamaan, maka daya rusaknya tinggi.

Dwikorita menambahkan bahwa peristiwa serupa bisa saja terjadi di Indonesia. Fenomena ini memberikan warning bagi kita yang ada di Indonesia, untuk mewaspadai adanya potensi gempa multi-segmen yang sangat mungkin terjadi, sambungnya.

"Semua paparan ini bukan untuk menakuti. Tapi untuk edukasi. Kepala daerah harus memperhatikan tata ruang,  building code. Sekolah, rumah sakit harus aman dari gempa," tegasnya.

Dwikorita menyatakan pihaknya mendorong penguatan kajian getaran tanah (Ground Motion). Ini merupakan bagian memperkuat peringatan dini gempa bumi. Sehingga tata ruang kota juga bisa disiapkan. 

Kemudian, lanjut Dwikorita, penegakkan aturan konstruksi bangunan tahan gempa dengan building code.

Baca juga: Kepala BMKG Kerap Diingatkan Megawati Agar Belajar ke Cina soal Teknologi Antisipasi Gempa Bumi

"Pemda untuk segera mengecek bangunan, konstruksinya apakah sudah tahan gempa. Pupera dan kampus teknik bisa bantu. Kalau ketahuan ada tak tahan gempa, mohon perkuat. Ada teknologinya," sarannya.

"IMB dan tata ruang ditetapkan ketat. Kalau zona merah jangan dibangun, sebab nanti jadi kuburan massal. Zona orange dan kuning, boleh dibangun namun syaratnya harus ketat," jelasnya.

Kemudian, soal penegakkan peraturan pendukung sistem mitigasi gempabumi.

"Edukasi, literasi, advokasi secara inklusif dan berkelanjutan semenjak dini," terangnya.

Dwikorita turut mengapresiasi kepala daerah dari PDIP yang dinilainya responsif soal mitigasi bencana alam. Hal itu bisa dibuktikan, rutinnya kepala daerah dari PDIP berdiskusi dengan BKMG meski potensi bencana belum terjadi.

Tak hanya itu, lanjutnya, pembekalan materi dari partai berlambang banteng moncong putih itu soal pencegahan bencana, tutur memperkuat Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDIP saat terjun di lokasi bencana.

"Kami sangat bangga dan respek atas Baguna PDIP. Kalau kami ke daerah, pimpinan daerah dari PDIP, sangat responsif dan cepat menerima kami," jelas Dwikorita.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini