Namanya tidak pernah disebut baik dalam sejarah pergerakan kaum perempuan atau Wanita, maupun dalam sejarah Nasional Indonesia.
Namanya tenggelam dibawah nama ketiga tokoh tersebut, bahkan kalah tenar dengan tokoh Wanita-wanita lainnya yang muncul setelah ketiga tokoh tadi.
Namun ternyata karyanya tidak ikut tenggelam, baik yang berupa tulisannya yang masih banyak ditemukan sebagai buku bacaan di Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar di Jawa Barat.
Disamping itu, jejak Lasminingrat masih dapat dilihat dari sekolah hasil perjuangannya, yang kini masih berdiri di salah satu sudut kota Garut.
Baca juga: Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api, Berikut Tokoh-tokoh Penting Bandung Lautan Api
Bangunan sekolah itu oleh pemerintah provinsi telah ditetapkan sebagai salah satu bangunan yang dilindungi atau dengan kata lain termasuk kategori Bangunan Cagar Budaya (BCB) di kota Garut.
Dikutip dari Google, Lasminingrat mendirikan Sekolaha Keutamaan Istri di tahun 1907.
Lingkungan terbuka dan area belajar mempromosikan pemberdayaan perempuan, membaca, dan menulis.
Sekolah ini berkembang menjadi 200 siswa dan 5 kelas, dan diakui oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1911.
Seiring berjalannya waktu, sekolah ini terus berkembang dan pada tahun 1934 diperluas ke kota-kota lain seperti Wetan Garut, Cikajang, dan Bayongbong.
(Tribunnews.com/Yurika)