News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sebanyak Tiga Ribu Orang Dapat Edukasi dari Program Kurangi Sampah 'Pilah dari Sekarang'

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bertepatan dengan momen Hari Bumi, Yayasan WINGS Peduli tercatat telah menjangkau 3.000 masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia dalam pemberian edukasi seputar pemilihan sampah mulai dari sekarang.

TRIBUNNEWS.COM - Total sebanyak 3.000 anggota masyarakat, termasuk ibu rumah tangga dan pelajar yang tersebar di berbagai kabupaten dan daerah di Indonesia mendapat edukasi pentingnya memilah sampah mulai dari sekarang.

Masyarakat yang sudah mendapat edukasi itu berasal dari di antaranya Kecamatan Soreang (Bandung), Tasikmalaya, Cirebon, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Bekasi.

Edukasi pemilahan sampah itu termasuk cara mengaplikasikannya, hingga bahaya dari sampah tercampur yang menumpuk, menggunakan materi dan permainan interaktif, termasuk menghadirkan tempat sampah pilah.

Edukasi ini diinisiasi Yayasan WINGS Peduli yang mengampanyekan program #PilahDariSekarang berkenaan dengan momen Hari Bumi 2023 .

Perwakilan yayasan, Sheila Kansil, menjelaskan sasaran utama dari kampanye #PilahDariSekarang adalah masyarakat sebagai pelaku aktif penghasil sampah.

"Targetnya kami akan menjangkau masyarakat yang lebih luas, melalui kolaborasi kami dengan pemerintah, instansi pendidikan, organisasi lingkungan, hingga karyawan WINGS itu sendiri, untuk kami dapat bertemu dan berdialog langsung dengan mereka,” kata dia secara tertulis, dikutip, Rabu (19/4/2023).

Baca juga: Libatkan UNDP dan Tokoh Agama, Danone Lanjutkan Pengelolaan Sampah Berbasis Rumah Ibadah

Dari perjalanan mengunjungi masyarakat secara langsung, pihak yayasan menemukan respons beragam dari berbagai kelompok masyarakat mengenai pengelolaan sampah.

Ibu rumah tangga adalah kelompok termudah menerima edukasi mengenai pemilahan sampah, dimana Bank Sampah adalah topik yang paling mereka minati.

Sementara, pelajar adalah kelompok yang paling antusias dengan informasi jumlah sampah yang tertumpuk di Indonesia.

Sheila Kansil menambahkan, aksi #PilahDariSekarang ini merupakan lanjutan dari program yayasan untuk lingkungan.

Infografis - Capaian kampanye program #PilahDariSekarang untuk Kurangi Penumpukan Sampah. (HandOut/IST)

Sejak 2019, kata dia, pihaknya telah berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk melakukan aksi bersih sungai dan laut sebagai upaya mengurangi penumpukan sampah, sekaligus menambahkan fasilitas trash boom di sejumlah aliran sungai untuk menghadang sampah sungai agar tidak bocor ke laut.

Selain itu, yayasan juga menyediakan Tempat Penampungan Sementara (TPS) di Jakarta Timur, sebagai salah satu daerah padat penduduk di Jakarta sekaligus meresmikan sejumlah Bank Sampah di bagi warga di sana untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pemilahan sampah.

Harapannya, #PilahDariSekarang dapat menjadi langkah awal pengelolaan sampah berkelanjutan yang sejalan dengan target pemerintah untuk mengoptimalkan pengelolaan sampah pada 2025.

Baca juga: KLHK: Masa Mudik Lebaran 2023 Diprediksi Hasilkan 49.520 Ton Sampah

Praktik Bakar Sampah, Kesadaran Masih Minim

Di tahun 2017, Survei Sosial Ekonomi (Susenas) menyatakan 66,8 persen masyarakat Indonesia masih membakar sampah rumah tangga tanpa dipilah, termasuk membakar sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) bersama sampah lainnya.

Sementara itu di tahun 2021, World Population Review mengungkapkan Indonesia merupakan negara kelima yang paling besar menyumbangkan limbah plastik ke lautan.

Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran mengenai pengelolaan sampah dan bahayanya dalam pencemaran lingkungan masih minim di kalangan masyarakat.

Angeline Callista, Managing Director & Co-founder Nara Synergy, perusahaan sosial di lingkungan mengatakan bahwa memilah sampah berdasarkan kategori bahan bakunya merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan pengolahan sampah di tahap selanjutnya.

"Saat ini 80 persen aksi pemilahan sampah dilakukan oleh ekonomi informal, termasuk pemulung yang diberi kompensasi rendah dan bekerja dalam kondisi buruk. Padahal, apabila pemilahan sampah dilakukan dari tingkat rumah tangga, sampah yang menumpuk di TPA dan yang tersebar di lautan dapat berkurang, sehingga secara otomatis akan mendukung program pengelolaan sampah lanjutan, seperti Bank Sampah, sistem daur ulang plastik, kertas, hingga bahan organik," katanya.

(Tribunnews.com/Olan Rose)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini