TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno menilai dengan tidak diundangnya NasDem pada pertemuan ketua umum partai politik di Istana Negara.
Menurut Adi hal itu menjadi sinyal keras bahwa NasDem bukan bagian dari partai koalisi pemerintah.
"Saya kira ini menjadi sinyal keras bahwa koalisi besar ke depan, koalisi partai pendukung pemerintah itu dipastikan tanpa NasDem," kata Adi dihubungi Rabu (3/5/2023).
Adi melanjutkan dengan tidak diundangnya NasDem jelas partai yang dipimpin Surya Paloh tersebut sudah tidak dianggap bagian dari koalisi pemerintah.
"Jelas Nasdem itu ditinggalkan, Nasdem sudah dianggap bukan bagian dari partai koalisi pemerintah untuk Pilpres 2024 yang akan datang," jelasnya.
Menurut Adi hal itu bisa dilihat sudah dua kali pertemuan antar ketua umum atau antar elit partai politik NasDem tak diundang.
"Pertama waktu di DPP PAN, NasDem memang tidak diundang. Termasuk di Istana Negara tadi malam juga tidak diundang," katanya
Dikatakan Adi tak diundangnya NasDem menegaskan bahwa NasDem sudah tidak dianggap dalam koalisi pemerintah.
"Jadi jelas ini sinyalnya bahwa NasDem sudah tidak bisa diajak kembali dalam satu barisan politik oleh Jokowi dan partai-partai politik yang lain makanya NasDem tidak diundang," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumpulkan para Ketua Umum Parpol koalisi pemerintah di Istana Kepresidenan, Jakarta. Dari tujuh Ketum Parpol koalisi pemerintah, hanya dari Partai NasDem yang tidak hadir ke istana.
Terkait hal itu Ketum Golkar Airlangga Hartarto mengaku tidak mengetahuinya. Airlangga mengatakan belum menerima penjelasan mengenai ketidakhadiran Ketum NasDem Surya Paloh.
“Penjelasanya belum kita terima,” kata Airlangga di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Sementara itu Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto mengatakan bahwa Surya Paloh tidak hadir bertemu Jokowi di Istana karena sedang berada di luar negeri.
“Sedang di luar negeri,” kata Prabowo.
Baca juga: Wawancara Eksklusif Yusril: Prabowo Punya Chemistry Lebih dalam ke Jokowi daripada Anies dan Ganjar