News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sejarah Hari Ini

Sejarah Hari Reformasi Nasional 21 Mei 1998, Mundurnya Soeharto sebagai Presiden RI

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Soeharto saat berkuasa. - Soeharto mundur dari jabatan Presiden pada 21 Mei 1998 yang kemudian diperingati sebagai Hari Reformasi Nasional. Sebelumnya, terjadi demonstrasi besar dan penembakan 4 mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998.

TRIBUNNEWS.COM - Hari Reformasi Nasional diperingati setiap tanggal 21 Mei.

Sejarah Hari Reformasi Nasional tak lepas dari demonstrasi besar untuk menuntut mundurnya Soeharto dari jabatan Presiden Indonesia setelah berkuasa selama 32 tahun.

Kedudukan Seoharto sebagai Presiden kemudian digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie.

Mundurnya Soeharto diawali dengan protes dari rakyat yang berkembang sejak krisis moneter pada tahun 1997.

Krisis moneter itu menjadi krisis ekonomi yang menimbulkan gejolak di masyarakat, hingga terjadi protes di berbagai daerah.

Gelombang unjuk rasa muncul dan menuntut pemerintah agar segera mengambil tindakan untuk menurunkan harga kebutuhan pokok, dikutip dari Museum Polri.

Baca juga: Fakta-fakta Lubang Buaya, Lokasi Eksekusi Mati dan Pembuangan Jasad 7 Korban G30S

Tragedi Trisakti

Pada Maret 1998, aksi demonstrasi massa semakin meluas.

Puncak dari reaksi masyarakat adalah tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998.

Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan oleh aparat terhadap mahasiswa saat berdemo untuk menuntut Soeharto turun dari jabatannya.

Empat mahasiswa Universitas Trisakti meninggal dunia karena tembakan dan beberapa mahasiswa terluka.

Mereka yang meninggal dunia adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977 – 1998), Hafidin Royan (1976 – 1998), dan Hendriawan Sie (1975 – 1998), dikutip dari Humas Universitas Trisakti.

Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada.

Hal ini menimbulkan reaksi keras dari kalangan masyarakat serta memicu kerusuhan massa pada tanggal 13 Mei 1998, satu hari setelah insiden Trisakti.

Ratusan mahasiswa Trisakti berdemo berdemo untuntuk memperingati 20 tahun tragedi Trisakti di Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin(24/5/2018). Mereka menuntut kepada pemerintah segera menuntaskan masalah tewasnya sejumlah mahasiswa Trisakti yang belum tuntas di selesaikan (Warta Kota/Henry Lopulalan) (Warta Kota/Henry Lopulalan)

Baca juga: Tragedi Trisakti 12 Mei 1998, Peristiwa Penembakan yang Menggugurkan 4 Mahasiswa

Mundurnya Soeharto dari Jabatan Presiden

Kematian para mahasiswa Trisakti ini memicu protes dalam skala besar yang dimotori oleh mahasiswa.

Pada 18 Mei 1998, mahasiswa berhasil menduduki Gedung MPR/DPR dan mendesak Ketua MPR/DPR Harmoko menuntut Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya, dikutip dari Kemdikbud.

Setelah mendapat protes keras, maka pada Kamis, 21 Mei 1998 sekitar pukul 09.00, Presiden Soeharto mengenakan safari warna hitam dan berpeci.

Soeharto menyatakan berhenti dari Jabatan Presiden dan digantikan oleh Wakil Presiden BJ. Habibie.

Soeharto saat membacakan surat pengunduran dirinya sebagai Presiden RI pada Kamis, 21 Mei 1998 sekitar pukul 09.00 WIB di Credentials Room di Istana Merdeka, Jakarta. Soeharto kemudian digantikan oleh Wakil Presiden, BJ. Habibie. (kemdikbud.go.id)

Baca juga: Sejarah 21 Mei 1998, Demo Besar-besaran hingga Presiden Soeharto Mundur setelah Berkuasa 32 Tahun

Dengan bergulirnya era reformasi di Indonesia, memunculkan tuntutan masyarakat agar Polri memisahkan diri dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

Masyarakat berharap Polri menjadi lembaga yang profesional dan mandiri, jauh dari intervensi dalam rangka penegakan hukum.

Hal tersebut didasari akan perbedaan dalam pelaksanaan tugas, dimana polisi seharusnya bertugas mengamankan masyarakat dalam menciptakan ketertiban dan keamanan.

Sedangkan tugas militer adalah mengamankan negara dari ancaman musuh atau dapat dikatakan sebagai alat untuk bertempur.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Sejarah 21 Mei 1998

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini