Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum meminta hukum tidak boleh dijadikan alat untuk menyingkirkan pihak-pihak tertentu. Dia pun meminta berkompetisi politik secara kesatria.
Hal itu diungkap oleh Anas saat memberikan orasi politik 'Mahkota Hukum Adalah Keadilan' di Monumen Nasional (Monas), Jakarta pada Sabtu (15/7/2023).
Awalnya, Anas mengaku proses hukum kasus korupsi proyek hambalang yang pernah dialaminya sebagai kedzaliman dan pesekusi hukum.
Namun, Ia enggan menunjuk pihak yang dianggap telah melakukan kedzaliman.
Selanjutnya, Ia pun menyatakan bahwa hukum tidak boleh diperalat dan digunakan untuk menyingkirkan pihak tertentu. Dia pun meminta berkompetisi politik secara kesatria.
"Karena itu hukum tidak boleh diperalat, hukum tidak boleh menjadi alat untuk menyingkirkan siapa pun, kalau berkompetisi termasuk kompetisi politik, harus kesatria. Bertanding yang kesatria," jelasnya.
Anas pun menyatakan kompetisi politik seharusnya dilakukan secara terbuka. Dia bilang, tidak boleh pihak tertentu memakai pihak lain untuk menjatuhkan orang lain.
BERITA REKOMENDASI"Bertanding terbuka, kesatria, ayo maju satu lawan satu. Terbuka. Jangan pakai tangan pihak lain. Itu pertandingan yang terbuka, kesatria, objektif, karena dalam pertandingan yang kesatria kalah menang itu soal lain," ungkapnya.
Lebih lanjut, Anas menyampaikan bahwa menang atau kalah bukanlah masalah dalam kompetisi politik. Hal yang penting, kompetisi dilakukan secara terbuka dan kesatria.
"Saya ingin mengirim pesan ini, mengirim pesan ini bagi kita semua, bagi siapa saja. Bahwa di dalam dunia politik yang kadang keras dibutuhkan keberanian dan sikap kesatria, bertanding yang kesatria," katanya.
"Siapapun dan apapun ukuran kekuatannya. Kalau kesatria objektif, dan kemudian sesuai dengan aturan yang disepakati, Insyaallah siapapun yang menang dan kalah di situ itu tidak akan menjadi kebencian dan permusuhan," sambungnya.
Ia menambahkan bahwa kompetisi politik yang baik dan adil akan melahirkan kemajuan dan tidak mungkin melahirkan kebencian dan dendam.
"Pertandingan yang fair, yang objektif, yang jujur tidak mungkin melahirkan kebencian dan dendam. tapi pertandingan yang tidak jujur, tidak fair, tidak kesatria, bisa menyisakan kebencian-kebencian dan dendam. Dan saya ingin mengatakan bahwa kita semua harus melawan kebencian dan dendam," tukasnya.