TRIBUNNEWS.COM - Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan berkomentar terkait kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pernyataan ini disampaikannya usai menjadi pembicara dalam diskusi tata kelola di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan pada Selasa (18/7/2023).
Dalam keterangannya, Luhut mengomentari beberapa kinerja KPK seperti terkait operasi tangkap tangan (OTT) hingga soal anggapan bahwa lembaga anti rasuah tidak sukses karena tak menangkap banyak orang yang terlibat dalam kasus korupsi.
Untuk selengkapnya berikut komentar Luhu terkait kinerja KPK.
OTT Tidak Ada, KPK Semakin Baik
Luhut menganggap ketika OTT yang dilakukan KPK semakin sedikit maka kinerja lembaga anti rasuah ini semakin baik.
"Kalau OTT-nya ndak ada malah lebih bagus. Berarti pencegahannya lebih baik," kata Luhut dikutip dari YouTube Kompas TV.
Baca juga: Tak Setuju KPK Disebut Gagal karena Jumlah Penangkapan Sedikit, Menteri Luhut: Ndeso
Dirinya pun heran jika masifnya OTT oleh KPK masih dibanggakan di Indonesia dalam rangka penindakan korupsi.
"Ya memang harus ke situ (OTT semakin sedikit). Kita ngapain bangsa ini pamer-pamer OTT-OTT melulu, bangga lihat itu? OTT Rp 50 juta, Rp 100 juta. Kau ndak pernah cerita berapa mereka menghemat triliunan-triliunan," ujarnya.
Kendati demikian, Luhut memuji kinerja dari Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK, Pahala Nainggolan.
Dirinya mengapresiasi kinerja Pahala terkait sistem pencegahan yang telah disusunnya sebagai salah satu program KPK.
"Pahala itu kerja sama saya. Lapor Presiden, Pak Presiden ini kerjanya Pahala sama Firli ini hebat, paten. Karena menurut saya angka urusannya," tegas Luhut.
Tak Setuju KPK Tangkap Sedikit Orang Dianggap Tidak Sukses, Dinilai Kampungan
Luhut pun turut mengomentari terkait pendapat yang menyebut KPK tidak sukses lantaran menangkap sedikit orang.
Ia menyebut pihak yang menilai seperti itu adalah kampungan.
"Itu dilihat jangan drama-drama saja tadi ditangkap. Kalau kurang jumlahnya ditangkap berarti nggak sukses. Saya sangat tidak setuju, kampungan itu, menurut saya itu ndeso," katanya.
Alhasil, Luhut meminta agar kinerja KPK tidak hanya dilihat dari jumlah koruptor yang ditangkap.
Menurutnya, penangkapan berkurang akan menghemat keuangan negara.
Baca juga: Luhut Sebut KPK Sudah Banyak Bekerja Lakukan Pencegahan Korupsi: Jangan Hanya Lihat Penindakan Saja
Sehingga, hal ini menjadi wujud bahwa KPK menjadi lembaga anti rasuah yang sukses.
"Pemikiran modern makin kecil yang ditangkap, tapi makin banyak penghematan, itu yang sukses," jelasnya.
Selain itu, Luhut tidak setuju jika Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia turun gegara KPK sedikit menangkap koruptor.
"Ya itu yang menurut saya tidak benar. Perkara penindakan turun karena sistemnya semakin bagus, tidak bisa korupsi dan tidak bisa mencuri. Kan bagus, penghematan," tegasnya.
Meski demikian, dirinya bukan orang yang anti dengan penindakan korupsi.
Namun, ia ingin agar KPK lebih memfokuskan dan memperkuat di bidang pencegahan seperti digitalisasi e-katalog.
"Jadi sekarang dengan digitalisasi ini KPK membantu kami dalam membuat digitalisasi untuk tadi e-katalog. Juga kemudian membantu dalam national single windows dan juga tadi mengenai ekosistem mengenai pemerintah berbasis elektronik."
"Ini semua kerjaan dalam pencegahan dan itu menghemat ratusan triliun dan itu meningkatkan pajak," tegasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)