TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengaku tidak ingin menggunakan konsultan abal-abal untuk proses pemenangan Pemilu 2024.
Ketimbang konsultan abal-abal, Wakil Ketua Dewan Pembina (PSI) Grace Natalie menyebut pihaknya lebih percaya pada big data.
Big data yang dirujuk oleh Grace ini terhimpun dalam sebuah platfom konsultan politik berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang baru saja diluncurkan Kamis (20/7/2023) hari ini.
Selain karena konsultan abal-abal tidak menjamin, Grace menjelaskan konsultan politik berbasis AI beranama PEMILU. AI itu jauh lebih terjangkau dari segi harga.
Kalau saya sih percaya pada big data ketimbang konsultan abal-abal yang enggak punya track record yang cuma karena misalnya dia dosen, atau misalnya dia dari media terus langsung mengklaim bahwa dia bisa jadi konsultan
"Konsultan-konsultan profesional, itu miliaran. Ada sih konsultan yang nawarin biaya yang lebih miring. Cuma itu tadi, dia baru muncul jadi konsultan. Jadi kita enggak tahu nih, kita bayar lebih murah, tapi dapatnya apa," kata Grace kepada wartawan di kawasan Jakarta Pusat, Kamis.
"Kalau saya sih percaya pada big data ketimbang konsultan abal-abal yang enggak punya track record yang cuma karena misalnya dia dosen, atau misalnya dia dari media terus langsung mengklaim bahwa dia bisa jadi konsultan," sambungnya.
Dengan landasan big data inilah yang jadi alasan kuat kenapa PSI lebih memilih untuk memercayai konsultan berbasis AI itu.
"Kalau ini kan lebih bisa dipercaya lah karena basisnya big data. Menurut saya sih ini lebih bisa dipegang ketimbang konsultan abal-abal yg sebenernya biaya yang di-quote lebih besar juga," tuturnya.
Sebagai informasi, baru saja hari ini platform bernama PEMILU.AI diluncurkan.
Platform ini berperan sebagai konsultan politik personal bagi para caleg dan ditujukan untuk membantu caleg dalam memahami lebih dalam terkait aspirasi masyarakat di daerah pemilihan dengan beragam fitur inovatif untuk meningkatkan peluang kemenangan pemilu.
CEO PEMILU.AI, Luky Djani menjelaskan, platform ini dirancang untuk menganalisis big data, seperti: data politik, data sosial ekonomi, data demografi, data profil persona caleg, hingga data media sosial dan media online dari daerah pemilihan.
Baca juga: PSI Akan Gunakan Konsultan Politik Berbasis AI Supaya Hemat Biaya
"Sehingga nantinya bisa memberikan rekomendasi microtargeting strategi kampanye tepat sasaran," kata Luky saat peluncuran PEMILU.AI, Kamis, di kawasan Jakarta Pusat.
"Yang sesuai dengan target suara, wilayah dan kelompok sasaran, serta persona caleg.” sambungnya.