News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polusi Udara DKI Jakarta Disebut Terburuk di Dunia, KLHK: Perlu Ada Data Pembanding

Penulis: Fahmi Ramadhan
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Sigit Reliantoro saat diskusi di area Gedung Kementerian LHK, Jakarta Pusat, Minggu (13/8/2023).

 Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahmi Ramadhan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Sigit Reliantoro menyebut perlu ada yang diluruskan terkait framing DKI Jakarta yang disebut sebagai kota dengan tingkat polusi tertinggi di dunia.

Menurut Sigit, perlu adanya data pembanding mengenai sistem yang menjadi rujukan guna mengetahui tingkat polusi yang ada di Jakarta saat ini.

"Nah ini (data IQ Air) adalah data yang sering dikutip, tapi juga ada pembanding yang menurut saya juga perlu dilihat karena sekali lagi kita terima kasih dengan sistem pemantauan yang ada seperti ini untuk memberikan peringatan," ujar Sigit dalam acara diskusi di area gedung KLHK, Jakarta Pusat, Minggu (13/8/2023).

Baca juga: Polusi Udara Bisa Berasal dari Dalam Ruangan, Ketahui Apa Saja Sumbernya

"Tetapi kalau kita di framing bahwa kita itu terkotor di seluruh dunia nomor satu, itu yang barang kali kita perlu melihat sumber informasi lain seperti yang IVM (Indeks Visual Map)," tambahnya.

Jika berbicara mengenai tingkat polusi di Jakarta, jika merujuk pada indeks status pencemaran udara periode 2018 hingga 2023, kondisi udara di Ibu Kota negara itu sejatinya dalam taraf baik dan sedang.

Meski begitu dirinya tidak menampik kualitas udara di Jakarta mengalami penurunan kualitas khususnya pada beberapa bulan terakhir yang disebabkan karena faktor debu yang cukup pekat.

"Nah kalau dilihat mulai tahun 2018 sampai dengan 2023 sebetulnya kondisi Jakarta lebih banyak diantara baik dan sedang ya. Bahkan pada waktu covid dan pra covid lebih banyak dalam kondisi baik," jelasnya.

"Memang kita akui bahwa ada peningkatan di beberapa bulan terakhir ini, baik baik itu pencemaran udaranya dan sebagian besar debunya. Artinya faktor debu juga memberikan kontribusi terhadap indeks kualitas udara di Jakarta," Sigit menambahkan.

Baca juga: Rentan Terpapar Polusi, Ini Empat Hal yang Perlu Dilakukan Pekerja di Luar Ruangan

Namun kata Sigit jika merujuk data yang dikeluarkan IVM, DKI Jakarta sendiri memiliki tingkat polusi diangka 119 terendah ketimbang negara lainnya.

Ia pun mencontohkan seperti Copenhagen di Denmark memiliki angka 500, Alaska dikarenakan adanya kebakaran hutan berada di angka 200, senentara China 262, 208 di India dan terdapat di suatu kota di Spanyol memiliki angka 272.

"Jadi artinya kalau framing Jakarta terpolusi nomor satu di dunia perlu diluruskan sehingga sebetulnya kalau dilihat seperti ini. Kalau kita ingin lebih fair kita juga harus mengecek ke sumber serupa yang punya data sejenis," pungkasnya.

Baca juga: Pengamat: Jakarta Kotor Akhir-akhir Ini Bukan Hanya Karena Polusi Tapi Spanduk Parpol dan Capres

Sebelumnya, data harian dari situs IQ Air mencatat Jakarta menjadi kota ke 4 dunia yang tingkat polusi udaranya tertinggi hari ini.

Di atasnya ada Doha Qatar, Acra di Ghana, Kota Dubai di Uni Emirat Arab dan di bawah Jakarta ada Kolkata India.

Sektor transportasi tercatat menyumbang polusi udara terbesar yaiutu sekitar 32-41 persen, sementara sektor industri 14 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini