TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar Ilmu Lingkungan Hidup Universitas Diponegoro Prof Sudharto Prawoto Hadi menyoroti membludaknya jumlah kendaraan pribadi di DKI Jakarta yang turut berkontribusi pada peningkatan polusi udara.
Dia memaparkan, tingginya angka penggunaan kendaraan pribadi punya dua dampak, yakni kemacetan lalu lintas dan tingginya polusi udara yang bersumber dari emisi gas buang mesin berbahan bakar minyak.
"Emisi gas buang dari mesin berbahan bakar minyak itu berdampak langsung kepada polusi udara," kata Sudharto, Rabu (30/8/2023).
Menurutnya, ada banyak masalah yang tidak bisa dipisah antara pertumbuhan ekonomi Jakarta dan polusi udara. Sebab realitasnya, polusi di Jakarta dihasilkan oleh industri dan orang-orang yang menjalankan industri tersebut.
"Untuk mencari nafkah, banyak orang harus menempuh jauh dari tempat tinggal ke lokasi kerja menggunakan kendaraan pribadi," kata dia.
Sudharto yang pernah menjadi moderator Debat Calon Presiden pada Pemilu 2014 ini mengatakan, sektor transportasi masih tercatat menduduki urutan teratas penyumbang polutan.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga menyatakan sumber pencemaran emisi atau penyebab penurunan kualitas udara di DKI dan sekitarnya berasal dari kendaraan dengan kontribusi 44 persen.
Menurutnya, ada beberapa solusi yang bisa diimplementasikan terkait dengan efek negatif tersebut. Salah satunya mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke moda transportasi umum, mulai dari KRL, LRT hingga TransJakarta.
"Pengguna kendaraan pribadi bisa segera beralih ke moda transportasi umum, mulai KRL, LRT dan TransJakarta yang saat ini sudah aman, murah dan terpercaya," kata dia.
Masyarakat Jakarta, paparnya, tak perlu gengsi menggunakan transportasi umum. Apalagi manfaat dari berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi, berdampak baik bagi pengurangan polusi dan kesehatan bersama.
Baca juga: Menkes Usul RI Tiru China Atasi Polusi Udara di Jakarta
"Saat ini masyarakat harus segera didorong untuk segera sadar akan kesehatan bersama. Dengan menggunakan transportasi umum, maka polusi berkurang serta akan berdampak pada turunnya polusi udara," tuturnya.
"Mungkin ini solusi yang terkesan reaktif. Tapi bisa cepat dijalankan menyusul sudah akutnya polusi udara di Jakarta," ungkap dia.