Tetapi, ternyata percakapan itu dilakukan di sebuah pesawat jet pribadi dengan tujuan perjalanan pulang ke Indonesia.
Karena merupakan pengalaman pertamanya, Handry canggung dan kerap mengatakan permisi.
"Saya tahu diri, di dalam pesawat saya sering bilang permisi. Sampai akhirnya bos saya (Stuart) meminta saya untuk enjoy," ungkapnya.
Perjalanan pulang bersama bosnya dan menggunakan pesawat jet pribadi, ternyata hanya kejutan awal.
Baca juga: Profil Handry Satriago, Lahir dari Perantauan Minang yang Sukses Jadi CEO General Electric Indonesia
Dalam kesempatan itu, Handry yang menjabat sebagai Manajer Pengembangan Bisnis General Electric Indonesia, dipromosikan menjadi CEO.
Namun, lagi-lagi rasa tidak percaya diri kembali menghinggapi Handry.
Ia merasa belum siap menjadi CEO General Electric Indonesia, perusahaan terbesar dan tertua di dunia yang didirikan oleh Thomas Alfa Edison.
Handry, yang saat itu masih berusia 41 tahun, merasa masih terlalu muda untuk menempati posisi seorang CEO.
"Saya tidak percaya diri bagaimana menjadi seorang CEO," kata Handry.
Meski demikian, Stuart lantas memberikan banyak penjelasan kepada Handry hingga membuatnya menerima tawaran tersebut.
Handry pun menjadi CEO General Electric Indonesia pertama yang merupakan lulusan universitas dalam negeri.
Tak hanya itu, ia bahkan menjadi CEO termuda dalam sejarah General Electric Global.
Atas pengabdian dan kariernya, Handry mendapat penghargaan 25 Years of Service Award dari General Electric pada Februari 2022.
Pernah Kecewa hingga Kubur Mimpinya Travelling ke Luar Negeri
Handry Satriago mengaku sempat memilih mengubur mimpi-mimpinya untuk travelling keliling dunia.