TRIBUNNEWS.COM - Ada cara yang tak biasa yang dilakukan bacapres PDIP, Ganjar Pranowo saat masih menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah (Jateng) dalam hal mendidik anak semata wayangnya, Muhammad Zinedine Alam Ganjar.
Hal ini disampaikan oleh istri Ganjar, Siti Atikoh dalam wawancara eksklusif di program ROSI di Kompas TV, Kamis (21/9/2023).
Awalnya, Atikoh mengungkapkan bahwa Alam telah menjadi pusat perhatian masyarakat saat sang ayah masih menjabat sebagai anggota DPR maupun Gubernur Jateng.
Sehingga, katanya, ada 'hak istimewa' yang diterima Alam sebagai anak dari seorang pejabat negara.
Namun, Atikoh mengatakan hal tersebut tidak membuat Alam menjadi pribadi yang manja.
Baca juga: Alam Ganjar Viral Disebut Mirip Choi Woo Shik dan Ardhito Pramono, Putra Ganjar Pranowo: Beda Jauh
Hal tersebut dibuktikan ketika sopir Ganjar tidak boleh membukakan pintu kepada Alam ketika akan masuk ke mobil.
"Begitu ketika di Jawa Tengah, saya sudah bilang ke driver-nya, 'tolong ya pak, jangan pernah bukain pintu (mobil) Alam. Perlakukan Alam seperti anaknya atau cucunya," ujarnya.
Tak hanya itu, Atikoh juga meminta Alam untuk membawa seluruh barangnya sendiri tanpa bantuan dari ajudan maupun sopir Ganjar.
"Barang juga harus dibawa sendiri. Jadi tidak boleh dibawain," katanya.
Atikoh beralasan hal tersebut dilakukan terhadap Alam agar anaknya tersebut tidak manja ketika diberi hak istimewa sebagai anak Ganjar Pranowo saat menjabat menjadi Gubernur Jateng.
Menurutnya, hak istimewa yang dimiliki Alam sebagai anak Gubernur Jateng justru menjadi racun dan membuatnya menjadi tidak berkembang.
"Pertama dia anak tunggal dan kedua dia itu anak Gubernur. Kadang orang tua itu tidak sadar memberikan racun dengan cara memanjakan."
"Padahal kalau kita memberikan challenge, ketika kita memberikan perhatian tetapi bukan dengan cara memanjakan, itu kan yang terbaik," ujarnya.
Baca juga: Ganjar Pranowo Diajak Hadiri Temu Kangen Tuna Rungu se-Jabodetabek Oktober 2023
Atikoh mengatakan didikan dengan tidak memanjakan sejak kecil berbuah manis ketika Alam disebutnya menjadi anak yang hemat dan paham akan kebutuhan.
Hal ini, sambungnya, dibuktikan ketika Alam enggan untuk diberikan tas baru meski sudah dipakai sejak kecil.
"Sampai emak-nya itu, kamu tasnya itu dari SD sampai SMA belum ganti, (Alam jawab) masih dipakai bunda, masih bisa dipakai. Jadi ya ketika membeli sesuatu itu bukan karena keinginan tetapi karena kebutuhan," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)