News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Budaya Diprediksi Bakal Datangkan Devisa untuk Indonesia pada 2045

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Agustinus Purna mengatakan budaya dapat menghadirkan devisa bagi Indonesia di masa depan.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rektor Universitas Tarumanagara (Untar), Agustinus Purna Irawan mengatakan Hari Sumpah Pemuda menjadi sebuah momentum untuk merefleksikan pemajuan budaya Indonesia.

Dirinya mengatakan budaya dapat menghadirkan devisa bagi Indonesia di masa depan.

"Karena di tahun 2045, salah satu kans terbesar Indonesia mendapatkan devisa adalah dari budaya. Karena budaya kita unik dan banyak sekali. Kalau kita tidak lestarikan, kita rugi," ujar Agustinus.

Pemajuan kebudayaan Indonesia, kata Agustinus, menjadi tanggung jawab para pemuda.

Menurut Agustinus, kampus merupakan wadah yang bisa mendorong generasi muda untuk makin mencintainya budaya tanah air.

Agustinus perguruan tinggi harus mempersiapkan mahasiswa untuk lebih mengenali berbagai macam budaya yang ada di Indonesia.

"Kami pun mendorong mahasiswa agar bisa mengembangkan nilai-nilai Keindonesiaan. Ini jadi satu hal yang terus kita kembangkan, agar mahasiswa kita lebih mengenal budaya secara luas," tutur Agustinus.

Kebudayaan, menurut Agustinus, dapat dikembangkan pada ekosistem pendidikan tinggi di Indonesia secara luas.

Pendidikan dapat dikombinasikan dengan kegiatan-kegiatan yang memiliki corak budaya di dalamnya.

Sehingga mahasiswa tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga memiliki nilai moral luhur yang diwariskan oleh nilai-nilai dan budaya Indonesia.

"Karena didalamnya tentu ada pembahasan kesehatan jasmani dan rohani. Bukan hanya pintar secara intelektual, tapi juga pintar secara hati. Itu semua diperoleh dari budaya," pungkas Agustinus.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini