Tak hanya itu, pesawat ini juga dibekali sistem Forward Looking Infrared (FLIR) seperti jet tempur modern.
Sistem FLIR EMB-314 Super Tucano mengadopsi tipe StarSAFIRE III yang ditempatkan di bawah bodi pesawat.
Awak EMB-314 Super Tucano bisa membidik sasaran, navigasi, dan identifikasi menggunakan FLIR.
Selain itu, sistem FLIR juga memungkinkan pengawasan dan penyerangan saat siang dan malam hari, serta bisa menghadapi segala kondisi cuaca.
Selain TNI AU Indonesia, pesawat ini juga digunakan oleh AU Kolombia, Brasil, Chili, Republik Dominika, dan Ekuador.
Terbang dalam Kondisi Baik
Baca juga: TNI AU: 2 Pesawat yang Jatuh di Pasuruan dalam Kondisi Layak Terbang, Awak Sehat
Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama TNI R Agung Sasongkojati, mengungkapkan EMB-314 Super Tucano dalam kondisi layak terbang saat melaksanakan latihan formasi pada Kamis (16/11/2023).
Ia mengatakan, pesawat keluaran Brasil ini tak memiliki masalah apa-apa.
"Semua pesawat sebelum terbang dalam kondisi baik dan bagus. Kru pesawat juga bagus dan sehat, tidak ada masalah," ungkap Agung dalam konferensi pers yang digelar di Lanud Abdurachman Saleh, Kamis, dikutip dari TribunJatim.com.
Lebih lanjut, Agung menyebut pesawat EMB-314 Super Tucano tergolong pesawat berusia muda dan mudah perawatannya.
Karena itu, sekali lagi ia menegaskan, pesawat tersebut tak ada masalah dalam hal kelayakan dan kesiapan.
"Jadi, pesawat Super Tucano ini masih bagus, umurnya masih muda sekitar 9 tahun."
"Selain itu, perawatan atau maintenance bagus dan tidak susah. Sehingga, kelayakan dan kesiapan pesawat tidak ada masalah," beber dia.
Meski demikian, dengan adanya insiden pesawat jatuh, TNI AU menghentikan sementara operasional penerbangan Skadron Udara 21 karena akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada pesawat EMB-314 Super Tucano.
Untuk penyebab jatuhnya pesawat EMB-314 Super Tucano, diduga karena cuaca buruk di sekitaran lereng Gunung Bromo.