Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pangkostrad Letjen TNI Maruli Simanjuntak mengaku telah memperhatikan masalah akses air bersih sejak menjabat sebagai Komandan Korem (Danrem).
Maruli tercatat pernah menjabat Danrem 074/Warastratama Kodam IV Diponegoro medio 2016 sampai 2017 lalu.
Awalnya, kata dia, selama di tentara ia banyak mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang bersinggungan dengan dimensi sosial di antaranya pengobatan masal, perbaikan fasilitas umum dan lain sebagainya.
Namun demikian, menurutnya program-program seperti itu akan sulit untuk dilakukan secara berkelanjutan.
Sehingga ia mulai menyoroti terkait masalah akses air bersih karena manfaatnya bagi masyarakat sangat luas dan mampu dilakukan secara berkelanjutan baik dari bidang kesehatan, pertanian, peternakan, dan lain sebagainya.
Maruli saat itu mulai memperhatikan ada yang kurang dalam hal intensifikasi budi daya pertanian di wilayahnya.
Selain itu Maruli juga melihat banyak lahan-lahan tidak ditanami karena berbagai faktor.
Contohnya, kondisi geografis di Wonogiri yang berkontur tanah bergunung-gunung dan kering.
Sementara itu, lokasi lahan pertanian warga sebagian besar berada di ketinggian yang tak ada sumber air.
Padahal tersedia sumber air melimpah dari anak-anak sungai di kawasan lembah.
Sebab, itu sebagian besar pertanian di Wonogiri bersifat tadah hujan.
Baca juga: DPR Setuju Jenderal Agus Subiyanto Jadi Panglima TNI, Mengapa Dianggap Bagian dari Geng Solo
Ia pun memerintahkan jajaran Korem kerja bahu-membahu dengan warga setempat untuk membangun dam atau bendungan kecil serta embung-embung untuk cadangan air di waktu kemarau.
Air dari bendungan kecil tersebut kemudian dinaikkan dengan pompa hidrolik untuk mengairi lahan pertanian warga di kawasan bukit.
Kemudian pemanfaatan dan perawatannya diserahkan kepada warga pengguna dengan didampingi Babinsa.
Hingga saat itu Korem 074/Warastratama bersama warga telah berhasil membangun 17 buah bendungan kecil, 6 buah tanggul, dan 3 buah embung yang tersebar di sejumlah desa di Wonogiri, Klaten dan Sukoharjo.
Kemudian setelah ia menjabat sebagai Pangdam IX Udayana pada medio 2020 sampai 2022, ia menemukan lagi persoalan terkait akses air bersih di wilayahnya mengingat wilayah Kodam IX Udayana mencakup Kepulauan Nusa Tenggara.
Tak kurang dari 150 titik sumur sudah ia bangun di wilayah binaannya yang terkenal sulit mendapatkan air bersih itu.
Setidaknya 200 ribu penduduk yang sudah merasakan manfaat dari program tersebut hingga 2021.
Salah satu program kerja paling populer yang dilakukan Maruli saat itu adalah pembangunan pompa hidram di beberapa daerah, khususnya di NTT yang kekurangan sumber air.
Tak ayal, Maruli mendapatkan julukan "Jenderal Air" dari masyarakat setempat.
Bahkan ada kelakar di tengah masyarakat, khususnya di wilayah NTT, bahwa sapi dan kuda saling melirik jika melihat Maruli lewat karena sapi dan kuda pun tahu, jika Maruli datang, artinya air sudah dekat.
Kemudian ia mengusulkan kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang menjabat saat itu yakni Jenderal Dudung Abdurachman agar program tersebut menjadi program untuk seluruh Indonesia.
Akhirnya, kata dia, program tersebut disetujui oleh Dudung.
Angkatan Darat, kata dia, mulai banyak mengerjakan program tersebut.
Namun demikian, kata dia, program pengadaan akses air bersih kepada masyarakat yang disupervisinya tetap terus berjalan.
Hal tersebut disampaikannya usai menerima Rekor Dunia MURI sebagai Insan Indonesia yang Membantu Pengadaan Air Bersih Terbanyak Kepada Masyarakat Secara Berkelanjutan di Markas Kostrad Jakarta pada Senin (20/11/2023).
"Saya sebenarnya sudah mengerjakan ini sejak zaman Danrem. Danrem saya sudah mengerjakan air. Jadi Pangdam ketemu lagi masalah itu. Sekarang sudah jadi program Angkatan Darat namun saya tetap mengerjakannya," kata Maruli.
"Saya pikir ini yang tadi saya sempat singgung tentang data, masih banyak yang memerlukan. Mudah-mudahan kita terus bisa lebih. Saya berharapnya bisa lebih malah. Lebih maksimal," sambung dia.
Baca juga: Panglima TNI Laksamana Yudo Margono Minta Masyarakat Laporkan Anggotanya yang Tak Netral di 2024
Tercatat sampai saat ini terdapat 825 titik air meliputi 489 titik pompa hidram, 289 titik sumur bor, dan 47 titik gravitasi air yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia yang disupervisi oleh Maruli.
Selain itu, program tersebut diklaim telah mampu memberikan akses air bersig kepada masyarakat penerima manfaat sebanyak 191.857 kepala keluarga atau sekira 562.602 jiwa dari Aceh sampai Merauke.
Air tersebut juga diklaim telah mampu mengairi lahan pertanian atau perkebunan seluas 21.983 hektar.
Menanggapi Rekor Dunia MURI tersebut, Maruli mengaku kaget.
Menurutnya, banyak tentara yang telah bekerja dan berbuat untuk masyarakat.
Di antaranya, ia menyoroti kinerja bagus para Babinsa-Babinsa di lapangan.
Ia menduga apa yang telah dilakukan para Babinsa di daerah-daerah telah membuat persepsi TNI di masyarakat selalu baik berdasarkan survei.
"Saya ini pribadi mungkin salah satunya saja. Nah, waktu perjalanan ini kita buat air ada yang perlu, ada yang perlu kita buatkan. Ternyata mungkin ini menjadi bahan perhatian dari Pak Jaya Suprana dari MURI," kata Maruli.
"Akhirnya beliau memberikan penghargaan ini dan merupakan kebanggan buat saya dan juga akan membuat motivasi saya mudah-mudahan bisa lebih banyak lagi kita bisa berbuat," sambung dia.