Diplomasi militer tersebut, kata Agus, bertujuan untuk membangun hubungan interpersonal antarprajurit serta menciptakan persamaan pandangan tentang pendekatan dalam menyelesaikan masalah di Papua.
"Kemudian berkaitan dengan pesta demokrasi Pemilu 2024, saya berkomitmen untuk memberikan jaminan netralitas TNI pada setiap tahapan pemilu sekaligus akan memperkuat sinergitas dan soliditas TNI-Polri dalam mengamankan jalannya proses demokrasi melalui latihan dan posko bersama," kata dia.
"Sehingga kelangsungan roda pemerintahan dan stabilitas politik tetap terjaga," sambung dia.
Soal konflik horizontal, Agus akan lebih mengutamakan upaya meredam potensi konflik yang ada dengan menginstruksikan kepada seluruh jajaran TNI untuk mengoptimalkan kemampuan teritorial dalam rangka deteksi dini, cegah dini, dan penanggulangan dini bersama aparat keamanan lainnya.
Sedangkan untuk merespons banyaknya potensi bencana alam di Indonesia, kata dia, TNI akan mengedepankan upaya preventif, mitigasi, dan kemampuan reaksi cepat di seluruh daerah rawan bencana.
"Tentunya kemampuan tersebut harus dilatih secara terus menerus, namun demikian kita tidak bisa mengesampingkan perlunya pemenuhan perlengkapan penanggulangan bencana sehingga hasil yang dicapai akan lebih optimal," kata Agus.
Calon Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto Usung Visi PRIMA saat Fit And Proper Test di DPR
Calon Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Agus Subiyanto mengusung visi PRIMA saat penyampaian visi dan misi dalam rangkaian fit and proper test dengan Komisi I DPR RI di Gedung Nusantara II kompleks parlemen Senayan Jakarta pada Senin (13/11/2023).
Agus mengatakan, sebagaimana tertuang dalam UU 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, negara telah mengatur tugas dan kewajiban Panglima TNI yaitu memimpin segenap jajaran TNI dan melaksanakan kebijakan pertahanan negara sesuai konstitusi.
Sebagai calon Panglima TNI, ia berkomitmen akan melanjutkan apa yang sudah dilaksanakan oleh para Panglima sebelumnya dan program-programnya.
Program-program dimaksud, kata Agus, sebagaimana tertuang dalam rencana strategis TNI tahun 2020-2024 yang berpedoman pada sasaran kegiatan prioritas nasional pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2020-2024, dan rencana strategis Kemhan dan TNI tahun 2020-2024.
Hal tersebut, kata dia, akan dilakukan dengan selalu mempertimbangkan secara seksama perkembangan lingkungan strategis dan tantangan yang akan dihadapi.
"Dalam pandangan saya, guna terlaksana semua tugas TNI yang telah ditetapkan, saya memiliki visi TNI yang PRIMA yaitu TNI yang profesional, responsif, integratif modern, dan adaptif," kata Agus.
"Dalam rangka membangun institusi TNI yang memiliki daya tahan dan daya gempur guna menghadapi serta mengatasi segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan yang akan membahayakan integritas bangsa dan negara," sambung dia.
Untuk mewujudkan visi tersebut, kata dia, terdapat lima misi yang akan dilakukan.
Pertama, kata dia, memelihara dan memantapkan profesionalisme TNI sebagai alat pertahanan negara.
Kedua, lanjut dia, meningkatkan kemampuan yang responsif dalam menghadapi perkembangan lingkungan strategis.
Ketiga, sambung dia, memantapkan kemampuan TNI yang integratif serta bersinergi dengan kepolisian, kementerian, dan lembaga dan komponen bangsa lainnya.
Keempat, kata dia, mewujudkan percepatan modernisasi alutsista sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Kelima, mewujudkan TNI yang adaptif terhadap tuntunan tugas dan spektrum ancaman," kata dia.
Agus mengatakan stabilitas keamanan di Indonesia yang masih terkendali dan roda pemerintahan yang dapat berjalan lancar patut disyukuri.
Karena menurutnya, di belahan bumi yang lain saat ini sedang hidup dalam situasi perang yang mencekam, penuh dengan tekanan, dan ribuan nyawa menjadi korban.
"Bahkan hingga saat ini perang Rusia-Ukraina, dan konflik Israel-Palestina belum juga menunjukkan tanda-tanda berakhir. Hal tersebut patut menjadi renungan kita," kata dia.
"Bahwa konflik bersenjata dan perang terbuka dapat terjadi kapan saja dan dialami oleh negara manapun. Civis pacem parabellum. Jika menginginkan perdamaian, bersiaplah dengan perang," sambung dia.
Ia mengatakan adagium tersebut harus diingat kembali oleh semua komponen bangsa karena suatu sistem pertahanan negara tidak dapat dibangun dalam waktu singkat, setahun atau dua tahun.
Akan tetapi, lanjut dia, hal itu harus direncanakan dan disiapkan dalam jangka panjang.
"Apa yang kita bangun dan kita akan siapkan adalah untuk kesiapan untuk 1 atau 2 dekade mendatang," kata dia. (tribun network/thf/Tribunnews.com)