TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumat (5/1/2024), Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) pimpinan Dr Anggawira melakukan entrepreneurial trip berupa kunjungan industri ke Cianjur, Jawa Barat, menggunakan 2 buah kendaraan listrik.
Tujuan perjalanan ini untuk membuktikan bahwa moda transportasi ramah lingkungan yang digagas dan digelorakan oleh pemerintahan Jokowi ini benar-benar bisa dijalankan dalam tataran teknis di lapangan.
Dua moda transportasi listrik dengan tipe dan merk berbeda dijajal rombongan berjumlah tak lebih dari 10 orang ini.
Baca juga: Ketua DPRD Solok Diduga Rudapaksa Gadis 18 Tahun, Dodi Hendra Siap Hadapi
Kendaraan pertama adalah tipe passenger shuttle bermuatan 7 orang penumpang dengan bagasi belakang lapang dan row seat ke-2 memuat 2 orang saja sehingga nyaman dan lega.
Kapasitas baterai 42 kWh dan tenaga listrik 80 hp.
Kendaraan 500 jutaan yang sudah dirakit di Cikande ini dipasarkan oleh PT Sokonindo Automobile (DFSK).
Yang kedua adalah tipe Hyundai Ionic 5 yang dibeli Anggawira dari Majumotor Group di harga Rp 700 jutaan.
Baca juga: Repnas Apresiasi Dana Desa untuk Pembangunan Merata di Seluruh Indonesia
Memiliki kapasitas baterai 73 kWh, 5 kursi penumpang dengan tenaga listrik 214 hp.
"Dengan torsi 350 Nm kendaraan ini bertenaga dan gampang sekali dikendarai dalam antrian keramaian di tol Jagorawi," puji Muhammad Sirod, anggota rombongan kampanye ini yang mencoba menjajal ketangguhan mesin buatan korea yang telah laku 500 ribu unit lebih di seluruh dunia sejak 5 tahun kemunculannya.
Rombongan berhenti pada pukul 16-an di Resto Pare Anyar puncak untuk menikmati hidangan makan sore dan membagi-bagikan kaos capres dan cawapres Prabowo-Gibran kepada masyarakat sekitar yang disambut antusias.
Anggawira mengatakan pergerakan relawan musti didasari oleh semangat untuk berbagi dan berderma kepada seluruh lapisan masyarakat.
Selepas itu kami beranjak pada destinasi Desa Wisata Curug Cilember sebagai dukungan konkrit pada program-program konkrit pemerintahan Jokowi untuk mengakselerasi ekonomi kerakyatan di wilayah-wilayah sub urban.
Dua kendaraan listrik yang kami tumpangi sangat mulus meliuk-meliuk mengikuti kontur jalanan yang sempit, menanjak terkadang licin karena hujan untuk menuju lokasi ini. Jelang malam rombongan menginap semalam di Villa Omah AW yang jaraknya selemparan batu saja dengan lokasi pintu masuk Curug Cilember.
Ada kesempatan jeda beberapa jam, tim teknis menge-charge kendaraan DFSK Gelora di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik (SPKLU) PLN Cipayung Megamendung.
Sementara Hyundai Ionic 5 masih mumpuni untuk meneruskan perjalanan berikutnya.
Keesokan harinya rombongan melanjutkan ke Cianjur di Area Pabrik alat kesehatan CV. Nuritek pimpinan Ahmad Syarifudin seluas 20 hektar untuk melakukan studi tour bersama para awak media.
Pulangnya rupanya DFSK Gelora musti dilakukan charge sekali lagi untuk menambah beberapa kWh sehingga rombongan bisa kembali dengan mulus tanpa kendala energi yang berarti.
Dari pengalaman perjalanan sejauh 240 km Jakarta - Bogor - Cianjur rupanya membutuhkan setidaknya 3 titik SPKLU di ujung tol Jagorawi dan area Puncak menuju Cianjur.
Sayang sekali sarana SPKLU ini masih terbatas dan terkadang lama sekali untuk memenuhi batas full moda listrik yang kami gunakan.
Baca juga: Ketua DPRD Solok Diduga Rudapaksa Gadis 18 Tahun, Dodi Hendra Siap Hadapi
Fasilitas Fast Charging dibutuhkan mengingat masyarakat musti dimanjakan dengan fasilitas yang baik guna mereka tertarik melakukan konversi energi untuk kendaraan mereka.
Bila pemerintah dan PLN kurang gerak cepat maka bisa melakukan secepatnya dengan pihak-pihak swasta yang tertarik misalnya dengan distributor SPBU-SPBU swasta yang secara modal dan resources mumpuni mendukung Net Zero Emission 2060 ini.
Dengan disparitas harga BBM vs listrik dalam 10 tahun pembelian moda dirasakan masih mahal untuk pelbagai kalangan maka memompa jumlah pengisian SPKLU adalah langkah jitu mendorong dan membujuk masyarakat agar mau cepat beralih.