TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri terlihat marah saat berpidato dalam acara HUT ke-51 PDIP yang digelar di Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (10/1/2024).
Awalnya, Megawati menceritakan masa kecil anaknya yaitu Ketua DPR Puan Maharani dan Prananda Prabowo yang selalu diajak ke taman makam pahlawan.
Kemudian, saat berziarah, Megawati mengaku selalu membawa bunga tabur berlebih untuk ditabur oleh Puan dan Prananda di nisan pahlawan yang tanpa nama.
“Saya Mbak Puan, Mas Nanang, kalau pergi ke taman (makam) pahlawan. Saya sengaja membawa bunga yang berlebih.”
“Saya bilang kepada mereka, setelah (nisan) keluarga kita tabur bunga, nisan-nisan (pahlawan) yang tidak bernama,” ujarnya.
Intonasi Megawati mulai meninggi ketika memperingatkan kepada masyarakat dan pejabat publik yang seakan melupakan jasa-jasa pahlawan yang sudah melawan penjajah.
Dia mengatakan, fenomena ini turut terjadi ketika banyak pejabat publik yang tidak peduli dengan rakyat kecil meski Tanah Air sudah merdeka.
“Saya paling jengkel kalau orang mikir ‘ya sudah bu, kalau kita merdeka, ya sudah merdeka.’ Lupa bahwa negara ini dibuat dengan susah payah, bahwa kita ditekan 3,5 abad oleh para penjajah.”
“Lalu para elitenya, orang-orang yang sudah berkelayakan melupakan yang namanya akar rumput, wong cilik, yang masih sengsara, yang tidak berkeadilan,” tegasnya.
Megawati pun menegaskan, rakyat memiliki kesetaraan dari segi apapun seperti dengan pejabat publik.
Baca juga: Sapa Wapres di HUT ke-51 PDIP, Megawati: Yang Bersedia Hadir
Pada momen inilah, Presiden ke-5 RI itu marah dengan menyebut bahwa hukum di rezim ini sudah tidak tegak.
Selain itu, sambungnya, hal yang sama juga terjadi ketika kekuasaan dilakukan dengan melanggar aturan.
“Sekarang, hukum itu dipermainkan. Bahwa kekuasaan itu bisa dijalankan semau-maunya saja. No, no, and no!” tegasnya.
Lebih lanjut, Megawati membicarakan soal Pemilu 2024 yang menurutnya harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi moral dan etika.