TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menggelar Rapat Kerja V Tahun 2024, di Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Jakarta, pada Rabu (24/1/2024).
Raker yang dihadiri oleh Menteri PPPA Bintang Puspayoga tersebut mengangkat tema "Memperkuat Organisasi Perempuan sebagai Ibu Bangsa yang Mandiri, Berkualitas, Menuju Indonesia Maju".
Dalam sambutannya, Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan Raker kali ini merupakan raker terakhir periode kepengurusan Kowani periode 2019-2024.
Sebab itu sejumlah pencapaian selama masa kepemimpinannya disampaikan oleh Giwo, mulai dari penambahan jumlah anggota, mitra kerjasama dan program-program lainnya.
“Dengan bangga pada raker terakhir ini saya sampaikan bahwa kita telah membuktikan Kowani terus meng-upgrade diri berdasarkan perkembangan dan dinamika tuntutan zaman, yang diharapkan Kowani dapat menjadi contoh role model bagi organisasi anggota dan organisasi masyarakat lainnya untuk menjalankan program-programnya,” kata Giwo.
Secara garis besar dalam empat tahun kepengurusan ini, lanjut Giwo, Kowani dalam melaksanakan program kerja dari 12 bidang, dan bekerja sama dengan lembaga pemerintah maupun non pemerintah.
Di sisi lain, Kowani juga sebagai inisiator yang mengusulkan Laksamana Malahayati, Rohana Kudus, dan Rubini sebagai pahlawan nasional.
Selain itu, selama masa kepemimpinannya, Giwo menjelaskan Kowani telah berhasil memperjuangkan ditetapkannya Hari Kebaya Nasional 24 Juli.
"Dan saat ini saya menjabat sebagai Secretary General, anggota tetap di PBB dan diberikan “special consultative status” pada UN ECOSOC, sebagai Vice President dari International Council of Women (ICW)," ujar dia.
Kowani juga terus berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional antara lain menjadi Chair pada G20 tahun 2022, menggelar side event di markas besar PBB New York setiap tahunnya.
Merunut sejarah, Kowani jelas Giwo juga menjadi inisiator lahirnya Kementerian PPPA pada 1978 dimana Menteri PPPA Ny Lasiah Sutanto merupakan Ketua Umum Kowani periode 1973-1978. Kowani menjadi menjadi inspirasi ditetapkannya Hari Ibu pada 22 Desember.
Penetapan Hari Ibu tersebut sekaligus menghasilkan amanat yang diemban Kowani sebagai Ibu Bangsa yang memiliki tugas mendidik dan menyiapkan generasi bangsa. Tugas tersebut terus dilakukan oleh anggota Kowani hingga kini.
Pada Kongres XXV, ditetapkan bahwa Kowani harus mampu secara terus menerus mengolah sumber daya yang ada serta menjaga fondasi yang kuat untuk meningkatkan komitmen organisasi dalam memajukan dan memperdayakan serta memperjuangkan harkat dan martabat perempuan.
“Oleh karena itu, hari ini menjadi awal yang baik di tahun terakhir kepengurusan dengan membuat dan mempersiapkan program kerja yang lebih terukur, realistis dan tepat sasaran untuk menghasilkan sesuatu yang dapat menjadi sejarah kepengurusan periode 2019-2024,” ucap Giwo.
Baca juga: Jelang Hari Ibu, Menteri PPPA Lakukan Anjangsana Mengunjungi 6 Perempuan Pejuang di Bali
Siapkan Kaderisasi Kepengurusan
Ia juga memastikan bahwa setelah menjabat selama dua periode berturut-turut, maka ia tidak bisa menjadi pengurus Kowani yang akan datang.
"Saya tidak akan menjadi pengurus Kowani yang akan datang, besar harapan saya kita juga dapat meninggalkan suatu legacy yg menjadi manfaat bagi kepengurusuan periode selanjutnya,” ucap dia.
Terlebih lagi dalam upaya menyiapkan kaderisasi untuk kepengurusan selanjutnya, yang akan meneruskan estafet kepemimpinan dan semangat perjuangan adalah ibu-ibu bangsa sekalian yang masih memiliki banyak kesempatan untuk membesarkan Kowani lagi.
“Marilah kita saling memperkuat solidaritas dan soliditas, saling mengisi dan saling menyempurnakan dalam pola komunikasi saling asah asih asuh ajar dan amal, meningkatkan sinergitas internal dan eksternal kowani, serta menambah network atau jaringan Kowani,” pungkas Giwo.