TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan menyindir capres lain yang kampanye dengan joget-joget.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, jika seorang pemimpin malah menonjolkan kampanye joget-joget tanpa menghadirkan gagasan bagi permasalahan bangsa, peserta atau publik yang menyaksikan justru bakal bertanya-tanya mereka sedang memilih pemimpin atau memilih penari.
Anies pun mengatakan alasannya tetap konsisten melaksanakan kampanye dengan menggelar diskusi tanya jawab bertajuk 'Desak Anies'.
Pada kegiatan Desak Anies bersama komunitas masyarakat Tionghoa di Pancoran Chinatown Point, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat pada Senin (29/1/2024), Anies menyebut pemilu jadi ajang bagi publik memilih pemimpin yang bisa mengambil keputusan atas nama rakyat dan negara.
"Kita mau pilih orang untuk ambil keputusan atas nama rakyat, atas nama negara. Pertanyaannya kita ambil keputusan pakai apa memilihnya?" kata Anies.
"Kami memandang dengan cara diskusi dialog. Nanti pada saat menjawab, sambil mendengarkan bapak ibu bisa mendengarkan setuju 100 persen atau 90 persen, 80 persen, setuju 30 persen, atau tidak setuju. Nanti bisa ikut merasa," lanjutnya.
Menurutnya diskusi tanya jawab ini bisa memberikan kesempatan bagi publik menakar seberapa cakap calon pemimpin, khususnya paslon nomor urut 1 dalam menjawab masalah secara langsung.
Anies kemudian menyinggung paslon Pilpres 2024 yang tidak memberi kesempatan bagi masyarakat mengetahui kecakapannya dalam menjawab pertanyaan publik.
"Ada yang nggak ngasih kesempatan, kalau nggak ngasih kesempatan gimana kita tahu," kata Anies.
Atas konsistensi kampanye diskusi yang dilakukan, mantan Gubernur DKI Jakarta menilai kampanye joget-joget yang dipakai oleh paslon lain mulai berkurang volumenya.
Pasalnya jika seorang calon pemimpin malah menonjolkan kampanye joget-joget tanpa menghadirkan gagasan bagi permasalahan bangsa, peserta atau publik yang menyaksikan justru bakal bertanya-tanya mereka sedang memilih pemimpin atau memilih penari.
"Alhamdulillah sekarang dengan kita melakukan kegiatan tukar pikiran seperti ini, nampaknya kegiatan kampanye yang hanya joget - joget berkurang volumenya," ucap Anies.
"Karena ketika joget-joget, yang dateng tanya, emang kita mau pemilihan menari? Kita kan memilih orang untuk ambil keputusan," lanjut dia.
"Jadi kita ingin meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia, pemilu, kampanye. Jadi ketika kita bilang perubahan, tidak dimulai ketika memerintah, dimulai saat berkampanye," pungkas Anies.(Tribunnews.com/Danang Triatmojo)