Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Shun Fujisaki dan Tasuku Yamamoto adalah dua Warga Negara Asing (WNA) asal Jepang yang menyaksikan pelaksanaan salat tarawih hari pertama di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Kepada Tribun Network, Shun mengaku takjub melihat kekhusyukan umat Islam menjalani ibadah bulan Ramadan.
“Aku senang sekali dengan Indonesia. Melihat hal seperti ini membuatku kagum,” katanya, Senin (11/3/2024).
Pria yang tengah belajar bahasa Indonesia di Universitas Padjajaran ini sengaja datang langsung ke Masjid Istiqla.
Shun merasa bahagia bisa merasakan atmosfer solat tarawih yang dijalankan umat Islam.
Dia mengatakan sedang belajar budaya Indonesia yang amat beragam.
“Indonesia menurutku lebih baik dari Jepang dari berbagai aspek termasuk toleransi beragama,” ungkap Shun.
Akang Shun, dia biasa disapa, banyak menetap di tanah Jawa Barat tepatnya di Sumedang.
Dan masih banyak hal yang ingin dia eksplorasi di Indonesia.
Hal serupa disampaikan Tasuku yang berkerja magang di Jakarta Shimbun.
Baca juga: Pilunya Ramadhan di Gaza, Warga Tak Punya Makanan untuk Disantap Saat Buka Puasa dan Sahur
Keduanya bersahabat sangat dekat.
“Saya meliput berbagai hal yang menarik yang sedang terjadi di Jakarta termasuk salat tarawih malam ini,” ucap Tasuku.
Baginya, melihat langsung salat tarawih malam ini pengalaman yang baru.
Tasuku merasa tenang melihat kerukunan umat Islam dan kekhusyukan dalam melaksanakan salah tarawih.
Sebelumnya, Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas menyatakan kalau awal puasa atau 1 Ramadan 1445 H ditetapkan pada Selasa 12 Maret 2024.
Baca juga: Ratusan Muslim New York Tarawih Berjamaah di Times Square, Panjatkan Doa untuk Keselamatan Gaza
Penetapan 1 Ramadan ini diputuskan dalam sidang isbat yang melibatkan beberapa pihak termasuk perwakilan dari MUI dan Komisi VIII DPR RI.
"Secara mufakat menetapkan bahwa 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada hari Selasa 12 Maret 2024 Masehi," kata Yaqut saat jumpa pers.
Adapun Yaqut berpesan dengan adanya keputusan ini maka seluruh masyarakat umat Islam bisa menghargai.
Menurut dia, jika ada perbedaan awal Ramadan antar umat Islam itu dinilai sebagai bentuk untuk bisa saling menghargai dalam upaya beribadah bersama.