TRIBUNNEWS.COM - Inilah profil serta sepak terjang Prof Koentjoro, guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mendapatkan caci maki usai mengikuti aksi Kampus Menggugat.
Diketahui aksi yang bertujuan untuk demokrasi Indonesia tersebut menyuarakan "Kampus Menggugat: Tegakkan Etika dan Konstitusi, Perkuat Demokrasi".
Bersama dengan sivitas akademika UGM lainnya, Prof Koentjoro juga menyuarakan seruan "Petisi Bulaksumur".
Lantas siapakah sosok Prof Koentjoro? berikut profil serta sepak terjangnya:
Prof Koentjoro merupakan Guru Besar Psikologi seklaigus seorang dosen UGM.
Mengutip psikologi.ugm.ac.id, dirinya mengajar untuk mata kuliah Psikologi Sosial, Psikologi Lingkungan & Energi, Psikologi Komunitas & Perubahan Sosial, Metodologi Penelitian Kualitatif hingga Patologi Sosial.
Riwayat Pendidikan
- S1 Fakultas Psikologi UGM, Indonesia
- S2 Behavior Science, LaTrobe, Australia
- S3 Social Work & Social Policy, LaTrobe, Australia
- Short course Drug Surveliance, Victoria Univ, Australia
-
Baca juga: Guru Besar UGM Kecewa Petisi Bulaksumur Tak Pernah Didengar Jokowi
Kecewa dengan Jokowi
Prof Koentjoro merasa kecewa dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), lantaran dirinya merasa 'Petisi Bulaksumur' tak pernah didengar oleh sang presiden.
Petisi Bulaksumur merupakan gerakan yang diinisiasi para Guru Besar UGM mengkritisi kondisi demokrasi di Indonesia menjelang Pemilu 2024.
"Tetapi yang terjadi adalah Pak Jokowi hanya menganggap yang kita lakukan itu adalah hak demokrasi dan tidak pernah didengarkan apa isi yang kami mau," kata Koentjoro dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (16/3/2024).
Pihaknya juga mengkritisi soal pemberian bansos saat masa kampanye Pilpres 2024, di mana menurutnya bansos itu untuk memenangkan pasangan tertentu.
"Mereka yang tidak terdidik ini mudah dibodoh bodohi dan kemudian diberi tekanan tekanan kemudian diberi bansos," imbuhnya.
Di sisi lain Koentjoro juga menjelaskan, Petisi Bulaksumur merupakan sebuah gerakan untuk menjaga nama baik UGM.
"Saya dua kali mengucapkan basmalah. Karena kami dengan kasih menyatakan itu, mengingatkan kepada Pak jokowi. Kenapa? Yang rusak semuanya UGM," ujarnya.
Dia menuturkan, sebagai seorang guru besar dan dosen dirinya memiliki tugas sebagai benteng etika.
"Kita itu pemikir negara dan bangsa. Karena itu kita berikan masukan lagi," ucap Koentjoro.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Fersianus Waku)