News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Nilai Tukar Rupiah

VIDEO Airlangga Kritik Erick Thohir yang Minta BUMN Borong Dolar AS Demi Amankah Rupiah

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Srihandriatmo Malau
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BUMN yang memiliki utang luar negeri atau berencana menerbitkan instrumen dalam dolar AS agar mengkaji opsi hedging untuk meminimalisasi dampak fluktuasi kurs.

Erick sebelumnya memperingatkan BUMN untuk mengantisipasi dampak dari gejolak ekonomi dan geopolitik dunia.

Ia mencontohkan inflasi di ASĀ  sebesar 3,5 persen, membuat langkah Bank Sentral AS atau The Fed menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Erick menyebut kondisi ini memicu menguatnya dolar AS terhadap rupiah dan tentunya kenaikan harga minyak WTI dan Brent yang masing-masing telah menembus 85,7 dolar AS dan 90,5 dolar AS per barel.

Bahkan harga minyak ini diprediksi beberapa ekonom bisa mencapai 100 dolar AS per barel apabila konflik meluas dan melibatkan AS.

Baca juga: Perang Israel Vs Iran Memanas, Harga Bitcoin CS Catat Rapot Merah Anjlok di Bawah 60.000 Dolar AS

Erick menyampaikan dua hal tersebut telah melemahkan rupiah menjadi Rp16.000-16.300 per dolar AS dalam beberapa hari kebelakang.

Nilai tukar ini bahkan bisa mencapai lebih dari Rp 16.500 apabila tensi geopolitik tidak menurun.

Erick menilai situasi ekonomi dan geopolitik tersebut sudah dan akan berdampak kepada Indonesia melalui Foreign Outflow dana investasi yang akan memicu melemahnya rupiah dan naiknya imbal hasil obligasi.

Kemudian juga semakin mahalnya biaya impor bahan baku dan pangan karena gangguan rantai pasok.

Adapun faktor melemahnya rupiah menurut Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro adalah karena ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga tahun ini. Namun karena inflasi masih terbilang tinggi, The Fed memberikan sinyal bahwa belum tentu menurunkan suku bunga pada tahun ini.

Bahkan mulai diprediksi bisa menaikan suku bunga.

Faktor selanjutnya disebabkan konflik di Timur Tengah atau tensi geopolitik.

Pembelian dolar yang dilakukan Indonesia paling besar adalah di sektor migas, sehingga apabila harga minyak naik maka berpengaruh terhadap permintaan dolar.

Kemudian faktor ketiga dipengaruhi dari sisi domestik. Bulan Mei dan Juni merupakan periode pembayaran utang luar negeri sehingga akan meningkatkan kebutuhan dolar dalam negeri.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini