News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

BMKG: Teknologi Modifikasi Cuaca Tak akan Berpotensi Picu Cuaca Ekstrem Sedahsyat di Dubai

Penulis: willy Widianto
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kendaraan terdampar di jalan yang terendam banjir menyusul hujan lebat di Dubai pada awal 17 April 2024.Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menepis anggapan yang menyebut teknologi modifikasi cuaca berpotensi menimbulkan bencana hujan deras dan banjir seperti yang terjadi di Dubai.(Photo by Giuseppe CACACE / AFP)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menepis anggapan yang menyebut teknologi modifikasi cuaca berpotensi menimbulkan bencana hujan deras dan banjir seperti yang terjadi di Dubai.

Menurut Pakar Cuaca dan Klimatologi BMKG, Kukuh Ribudiyanto hujan buatan atau Teknologi Modifikasi Cuaca(TMC) tidak akan merangsang awan menjadi cuaca ekstrem sedahsyat di Dubai.

Baca juga: Ahli Meteorologi Peringatkan Potensi Perang Cuaca Antar Negara Usai Banjir di Dubai

"Jadi tergantung kebutuhan," kata Kukuh saat berbincang dengan Tribun, Senin (22/4/2024).

Menurut Kukuh, di Indonesia biasanya modifikasi cuaca dilakukan untuk mengisi waduk.

Hujan diturunkan di daerah aliran sungai yang menuju waduk.

Rekayasa cuaca biasanya juga dilakukan terkait kegiatan kenegaraan agar tidak hujan di lokasi kegiatan.

Misalnya pelaksanaan KTT G20 di Bali dan Labuan Bajo serta di lokasi kebencanaan seperti di lokasi banjir agar hujan tidak turun terus menerus.

"Biasanya dilakukan juga saat menghadapi kekurangan air ketika kemarau panjang biasanya untuk mengisi waduk dan pada musim hujan bila ada bencana banjir," kata Kukuh.

Kepala Stasiun BMKG Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan ini juga menjelaskan cuaca di Indonesia dipengaruhi oleh dua benua Asia dan Australia serta dua samudera Hindia dan Samudera Pasifik serta perairan di wilayah Indonesia serta posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa.

Baca juga: Dubai Lumpuh Akibat Banjir, 70 Penerbangan Dibatalkan Hingga Bikin Delay Ratusan Pesawat

Sehingga hanya ada dua musim yaitu musim hujan dan kemarau.

Pengaruh signifikan terhadap anomali iklim dan cuaca lanjut Kukuh yakni adanya fenomena El Nino dan La Nina.

El Nino berdampak kering terhadap wilayah Indonesia dan La Nina berdampak basah atau banyak hujan.

Pengaruh lainnya adanya siklon tropis di Samudera Pasifik sekitar Philipina dan Samudera Hindia Selatan Pulau Jawa hingga NTT.

"Hal itu bisa berpengaruh terjadinya hujan ekstrem atau kebalikan wilayah yang biasa hujan menjadi kering selama berlangsungnya siklon tropis tersebut," ujar Kukuh.

Potret jalanan tergenang di Dubai, UEA (X/DXBMediaOffice)

Diketahui, Ahli meteorologi memperingatkan akan adanya potensi perang cuaca antar negara menyusul banjir yang melanda Dubai dan dianggap disebabkan oleh penyemaian awan dengan konsekuensi bencana.

Banjir di Dubai menimbulkan kekhawatiran mengenai manipulasi curah hujan secara artifisial. Ahli Meteorologi Senior dari Perusahaan Teknologi Lingkungan KISTERS, Johan Jaques memperingatkan mungkin ada konsekuensi yang tidak diinginkan jika menggunakan teknologi yang relatif baru tersebut, karena bisa berpotensi menyebabkan ketidakstabilan diplomatik.

Intervensi terhadap cuaca katanya berpotensi memunculkan dampak buruk, sebab perubahan cuaca di satu negara mungkin dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan seperti bencana di negara lain.

Apalagi cuaca tidak mengenal batas-batas internasional.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini