News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Contoh Teks Khutbah Jumat, 24 Mei 2024: Makna Ibadah Haji dalam Kehidupan Sosial

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kumpulan Khutbah Jumat Singkat - Inilah contoh teks khutbah Jumat yang berjudul Makna Ibadah Haji dalam Kehidupan Sosial.

"… Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah..”

Rumah yang pertama kali dibangun di bumi adalah Baitullah al-Haram, tujuanya untuk beribadah kepada Allah dan mengagungkan nama-Nya. di Baitullah al-Haram terdapat banyak keberkahan, berbagai macam kemaslahatan dan manfaat yang sangat besar untuk manusia dan alam semesta. Allah Swt. mewajibkan para hamba-Nya yang mampu baik fisik, harta dan spiritualnya untuk menunaikan perjalanan haji yaitu mereka sampai ke Baitullah al-Haram dengan mengendarai kendaraan apa pun yang sesuai dengannya dan perbekalan yang harus dispersiapkan.

Hadirin jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Berbagai hikmah dalam amalan ibadah haji akan memberi kesan sehingga pengalaman spiritual dari jamaah haji akan berbeda-beda dalam mengarungi perjalanan ibadah hajinya, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 28:

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rejeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.”

Hadirin jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Disyariatkannya Ibadah haji oleh Allah Swt. mempunyai berbagai manfaat baik untuk para jamaah haji maupun masyarakat lingkungannya. Di antaranya. Pertama, penyempurna dari Rukun Islam. Seseorang yang sudah melaksanakan ibadah haji maka sempurnalah rukun Islamnya. Konsekuensinya meraka harus selalu memberikan teladan kepada lingkungan, sebagaimana ketundukan seorang hamba kepada Allah Swt., lebih bisa mengendalikan dirinya dan diarahkan untuk bisa meneladani peristiwa -peristiwa dan perjuangan umat Islam pada generasi para sahabat nabi dalam menjalankan dan menegakkan ajaran Islam.

Kedua, menghapus diskriminasi. Mencairkan perbedaan ras, warna kulit, suku bangsa, bahasa dan lainnya, dengan penuh kesadaran bahwa kita adalah satu keluarga, satu keturunan yaitu dari Nabi Adam a.s. Nabi Adam as dari tanah, kita semua juga pada akhirnya juga akan kembali menjadi tanah. Hanya kualitas ketakwaan yang akan membedakan kita di hadapan Allah Swt., sebagaimana firman Allah adalah surat Al-Hujurat ayat 13:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Ketiga, lambang persatuan umat Islam. Kaum muslim yang menjalankan ibadah haji berasal dari tempat yang berbeda-beda dan berpencar dari berbagai belahan dunia bersatu untuk mengabdi kepada Allah swt. Mengumandangkan talbiyah:

“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.”

Keempat, Pengorbanan dan Peduli. Pengorbanan bagi yang melaksanakan haji karena ia menyiapkan harta benda, meninggalkan keluarga dan kampung halaman, perjalanan yang jauh melelahkan, menguras tenaga dan pikiran, serta melakukan berbagai amaliyah hanya semata-mata mencari ridha dari Allah Swt.

Hadirin jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Rafats (berkata-kata yang kasar), fusuq (berbuat dosa dan maksiat) dan jidal (pertengkaran dan perselisihan) sering terjadi di masyarakat. Orang yang telah berhaji, bukan saja diharuskan menghindari tiga hal tersebut di saat menjalankan ibadah haji di tanah suci, tapi ia juga mesti berikhtiar untuk mengurangi dan menghentikan tiga hal itu sekembalinya melaksanakan ibadah haji. Hal ini akan menjadi penanda diterimanya haji seseorang, sehingga disebut haji yang mabrur, yang tidak lain balasannya surga sebagaimana sabda Nabi saw.:

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini