News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kapan Vaksinasi DBD Bisa Dilakukan Pascarawat Inap karena Demam Berdarah?

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi bahaya Demam Berdarah Dengue (DBD)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Demam Berdarah Dengue (DBD) berpotensi menjangkit seseorang lebih dari sekali, dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah.

Secara umum, vaksinasi dapat menurunkan risiko terkena penyakit dan tingkat keparahan apabila terjangkit.

Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), memaparkan, di masyarakat masih banyak terjadi miskonsepsi tentang DBD dan menganggap penyakit ini tidak berbahaya. 

DBD merupakan penyakit yang dapat menjangkit siapa saja tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, maupun gaya hidup.

Baca juga: Farmasi Jepang Takeda Genjot Produksi 100 Juta Dosis Vaksin DBD untuk Penuhi Kebutuhan Dunia

Masih banyak orang yang berpikir bahwa apabila sudah pernah terkena DBD, maka mereka aman dan menjadi kebal. 

"Padahal tidak begitu. Masyarakat perlu memahami bahwa virus dengue terdiri dari empat serotipe. Di mana apabila seseorang telah terjangkit satu serotipe, mereka masih bisa terjangkit serotipe yang lain, dan infeksi yang kedua dan seterusnya berpotensi lebih parah. Bahkan bisa menyebabkan kematian," ujar Prof Sri dalam temu media, Minggu (23/6/2024).

Dalam tatalaksana DBD yang diterbitkan UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI tahun 2023 disebutkan bahwa pasien setelah terinfeksi dan rawat inap akibat dengue dapat diberikan vaksinasi 1-3 bulan kemudian.

Ia mengatakan, anak-anak dan orang dewasa muda cenderung menjadi yang paling terkena dampak DBD, dimana angka kematian lebih tinggi pada anak-anak.

Dari data Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), distribusi kematian DBD sesuai kelompok umur didapati data bahwa dalam 3 tahun terakhir, kasus DBD ditemukan paling banyak pada kelompok umur 15-44 tahun.

Sementara dalam 7 tahun terakhir, kematian DBD ditemukan paling banyak  pada kelompok umur 5 – 14 tahun.

Ditambahkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Direktorat Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan RI dr. Imran Pambudi, MPHM, sampai saat ini, pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia berfokus pada pengendalian vektor yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. 

"Kami terus menguatkan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta, dan berkomitmen menerapkan pendekatan-pendekatan inovatif, termasuk melalui vaksinasi. Hal ini sejalan dengan pilar kelima dan keenam dari Strategi Nasional Penanggulangan Dengue yang telah kami canangkan di tahun 2021," tutur dia.

IDAI JAYA Gelar Indonesia Dengue Summit

Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta (IDAI JAYA) pun menggandeng PT Takeda Innovative Medicines menyelenggarakan Indonesia Dengue Summit yang pertama, yang bertepatan dengan ASEAN Dengue Day yang diperingati pada tanggal 15 Juni setiap tahunnya.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta Prof. Dr. dr. Rismala Dewi, Sp.A(K), menuturkan, pihaknya menyadari pentingnya pencegahan DBD yang terintegrasi dan komprehensif. Oleh karena itu, organisasi profesi, termasuk salah satunya adalah IDAI merekomendasikan imunisasi DBD kepada anak-anak usia 6-18 tahun. 

Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan perlindungan optimal kepada anak-anak, yang merupakan kelompok paling rentan terhadap infeksi dengue, tetapi juga untuk secara signifikan mengurangi risiko kematian akibat penyakit ini. 

Program vaksinasi pun telah dijalankan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).

Kalimantan Timur merupakan daerah endemik DBD, karenanya Dinkes Provinsi Kalimantan Timur berinisiatif melaksanakan pilot program imunisasi DBD di kota Balikpapan dengan target 9.800 anak-anak SD usia 6-14 tahun. 

"Sampai dengan bulan Februari 2024, tercatat hampir 99 persen peserta telah mendapatkan dosis pertama, dan vaksin dapat ditoleransi dengan baik," kata Ketua Komite Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Kaltim dr. William S. Tjeng, Sp.A(K).

Ke depannya Dinkes Kalimantan Timur akan meneruskan program imunisasi ke kota Samarinda dengan target 2.750 anak-anak rentang usia yang sama.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht berharap acara ini dapat menjadi sebuah wadah untuk peningkatan kapasitas yang berkelanjutan bagi para profesional kesehatan di Indonesia dalam penanganan DBD, serta memberikan informasi tepercaya seputar DBD kepada masyarakat. 

"Kami mendukung edukasi pada tenaga kesehatan sebagai garda terdepan dalam hal pencegahan, deteksi, dan penanganan DBD. Salah satunya adalah melalui Indonesia Dengue Summit ini," ujar dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini