TRIBUNNEWS.COM - Badan Siber dan Sandi Nasional (BSSN) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) diibaratkan seperti mendiang peramal, Mama Lauren usai dianggap cuma bisa memprediksi adanya serangan ransomware pada tahun 2024.
Adapun hal ini disampaikan oleh anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Sukamta dalam rapat kerja di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta pada Kamis (27/6/2024).
Mulanya, Sukamta menyebut Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) layaknya locker room di bandara.
Lalu, Kominfo adalah pembuat infrastruktur locker room tersebut dan BSSN sebagai satpamnya.
Sementara, masyarakat dan berbagai kementerian serta pemerintah daerah adalah calon penumpang yang menitipkan kopernya di locker room tersebut.
"Banyak calon penumpang disuruh nitipkan kopernya ke locker room, terus Kominfo membangun infrastrukturnya, BSSN jadi satpamnya, ternyata locker room-nya dimasuki maling dikunci dari dalam," ujar Sukamta dikutip dari YouTube TV Parlemen.
Lantas, Sukamta mengibaratkan lagi bahwa Kepala BSSN, Hinsa Siburian dan Menkominfo, Budi Arie Setiadi justru menegur para calon penumpang tersebut yang kopernya justru tidak bisa diambil karena terkunci dari dalam.
Mereka, kata Sukamta, justru terkesan menyalahkan calon penumpang itu karena tidak memiliki koper cadangan usai koper utamanya tidak bisa diambil.
Baca juga: Kepala BSSN Ungkap Hanya 2 Persen Data PDNS Surabaya yang Bisa Dibackup dari Serangan Ransomware
Sukamta mengatakan analogi semacam itu merupakan wujud cara BSSN dan Kominfo menangani sengkarut serangan ransomware di PDNS di Surabaya.
"Terus Bapak berdua menyalahkan kepada penumpangnya, 'Kenapa Anda tidak punya koper cadangan gitu? Anda salah, sehingga koper Anda tertinggal di dalam nggak bisa diambil lagi, Anda tidak punya koper cadangan', seolah-olah begitu yang kami tangkap," jelasnya.
Dengan terlanjurnya serangan ransomware di PDNS di Surabaya, BSSN dianggap tidak kompeten sebagai 'satpam' yang bertugas melindungi keamanan siber negara.
Pada momen inilah, Sukamta menganggap BSSN layaknya Mama Lauren karena cuma bisa memprediksi adanya serangan siber seperti ransomware dan tidak ada langkah preventif yang dilakukan.
"Terus satpam mengatakan 'akun kan sudah memprediksi bakal ada maling nih, kenapa kamu kayak gitu?' Padahal satpam ditugasi oleh negara, tugasnya dengan gagah melindungi seluruh sistem kementerian lembaga pemerintah daerah seluruh Indonesia, menjamin keamanan sibernya, tapi kali ini mengatakan, ini (BSSN) kayak Mama Lauren, '2024 bakal ada serangan siber bakal ada ransomware itu'," sindir Sukamta.
Lalu, Sukamta pun mendesak agar Kominfo dan BSSN mengakui kegagalan dan meminta maaf karena tidak dapat melindungi data yang tersimpan di PDN.
Dia tidak ingin pemerintah justru meminta maaf akibat ada serangan ransomware, layanan publik justru terganggu.
"Tadi Bapak sudah minta maaf, tapi Bapak minta maaf atas terganggunya layanan publik, tapi tidak minta maaf atas kegagalan di dalam perlindungan data di PDN ini pak. Ini kegagalan Pak, yang itu menyangkut keamanan nasional," ujarnya.
Baca juga: BSSN Ungkap Error-nya PDN Disebabkan Gangguan Ransomware
Sukamta pun mengusulkan dibentuknya satgas nasional hingga pansus untuk membedah peristiwa serangan ransomware ke PDN ini.
Dia ingin para anggota berasal dari profesional dan ahli siber.
"Kalau perlu nanti Komisi I sebagai say goodbye dari periode ini masih ada beberapa bulan kita buat pansus pak dari PDN ini, karena ini soal yang sangat-sangat-sangat serius sekali, soal keamanan nasional," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Pusat Data Nasional