Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Eks Ketua Komisi III DPR RI Pieter Cannys Zulkifli menyebut, sebagai negara berkembang dan memiliki sumber daya alam yang melimpah, Indonesia belum sepenuhnya menyadari potensi ekonominya.
Menurutnya hal tersebut karena kombinasi berbagai faktor, termasuk korupsi, ketergantungan yang berlebihan pada ekspor komoditas, dan investasi yang tidak memadai dalam sumber daya manusia.
“Mengapa negara-negara kaya akan minyak seperti Venezuela justru mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan? Jawabannya mungkin lebih kompleks. Ketergantungan berlebihan pada satu komoditas, korupsi, dan kurangnya inovasi adalah beberapa faktor yang sering disebut sebagai kutukan sumber daya alam,” kata Pieter dalam keterangannya, Sabtu (3/7/2024).
“Indonesia, dengan kekayaan alam yang melimpah, juga tidak luput dari ancaman kutukan ini,” imbuh Pieter.
Selama beberapa dekade, Indonesia telah bergulat dengan "kutukan sumber daya", sebuah fenomena di mana negara-negara yang diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah sering kali gagal mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pembangunan yang merata.
“Inilah paradoks Indonesia. Negeri yang diberkahi dengan sumber daya alam yang melimbah, namun relatif miskin dalam banyak hal lainnya. Seperti masih banyaknya penduduk berjuang melawan kemiskinan dan ketimpangan. Korupsi pun merajalela, tak terkecuali korupsi di sekotor sumber daya alam,” ujar Pieter.
Dia menjelaskan, Kasus-kasus korupsi yang melibatkan sumber daya alam cukup banyak, mulai dari pertambangan ilegal, penyelundupan hasil hutan, hingga penyalahgunaan dana hutan untuk kepentingan pribadi. Hal ini menunjukkan betapa merajalelanya praktik korupsi di sektor ini.
“Korupsi di sektor sumber daya alam yang merajalela menyebabkan hilangnya potensi pendapatan negara dan merusak lingkungan,” ujar Pieter.
Akar kutukan sumber daya alam Indonesia, lanjut Pieter, dapat ditelusuri kembali ke sejarah kolonialnya, ketika Belanda berfokus pada eksploitasi kekayaan alam nusantara.
Bahkan setelah merdeka, negara ini tetap sangat bergantung pada ekspor komoditas.
“Korupsi, yang mewabah di banyak sektor, telah menyedot sebagian besar pendapatan dari sumber daya alam, sehingga negara kehilangan dana yang sangat dibutuhkan untuk infrastruktur, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Selain itu, basis ekonomi yang sempit telah membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga komoditas global,” ucap Pieter.
Pieter mengingatkan, apa yang pernah disampaikan oleh Lee Kuan Yew Mantan PM Singapura, sosok yang sukses membangun Singapura menjadi negara maju, ia pernah mengkritik mentalitas masyarakat Indonesia yang terlalu bergantung pada sumber daya alam.
“Mentalitas ini membuat kita kurang berinovasi dan kompetitif, terlena dalam rasa aman yang palsu,” kata Pieter.