TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golongan Karya (Golkar) Yasril Ananta Baharuddin menyebut Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia merupakan bagian dari tokoh intervensi penguasa terhadap dinamika Golkar.
“Kalau dari situ ya tentu saja (bentuk intervensi kekuasaan),” kata Yasril saat berbincang dengan Tribunnews.com Kamis (15/8/2024).
Ia menjelaskan hal ini dapat merusak tatanan sistem partai politik di Indonesia.
Sehingga Yasril tidak setuju, apabila Bahlil menjadi Ketua Umum (Ketum) Golkar.
Menurutnya, banyak yang lebih layak menjadi Ketum Golkar.
Yasril menyebut dua nama yakni Bambang Soesatyo (Bamsoet) dan Agus Gumiwang Kartasasmita.
“Kalau saya pribadi tidak setuju (Bahlil jadi Ketum Golkar). Masih banyak calon calon lain di dalam yang bagus seperti pak Agus Gumiwang, pak Bambang Soesatyo," ucap Yasril.
Selain itu, Yasril menyebut politikus muda Golkar Dave Laksono.
Dia menilai, Dave sosok muda yang dapat memimpin Partai Golkar dengan baik.
Bahkan ia mengatakan beberapa yang lain lagi yang bagus-bagus.
Serta mempunyai semangat idealisme dan nasionalisme yang kuat.
Baca juga: Nama Bahlil Santer Jelang Munas Golkar, HIMA KOSGORO 1957: Proses Tak Akan Khianati Hasil
“Ada beberapa yang lain lagi yang bagus-bagus, yang masih punya semangat idealisme dan nasionalisme yang kuat yang tujuannya untuk kepentingan bangsa dan negara, untuk kepentingan sesaat seperti banyak sekarang hanya mencari kekuasaan lalu mencari duit, selesai,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan sistem seperti ini dapat merusak sistem dan mekanisme ketatanegaraan maupun organisasi pada politik.
Di sisi lain, Yasril mempertanyakan rekam jejak Bahlil di Golkar.
Menurutnya untuk menjadi Ketum, kepemimpinan seorang calon harus diuji.
“Persyaratannya kan tidak sempurna yang kita sebutkan jenjangnya di Golkar. Kalaupun secara sepihak dikatakan oleh Pak Idrus Marham dia terbukti pernah jadi bendahara Golkar di Papua dan dia yang tanda tangan pak Aburizal, ya memang harus ada ketua umum dan sekjen tanda tangan,” tambahnya.
Terlebih, Bahlil pernah menyatakan tidak mewakili di saat awal menjabat sebagai Menteri Investasi.
Ia menyebut catatan-catatan itu akan menjadi rekam jejak sebelum pemilihan Ketum Golkar di Munas nanti.
Sebagai informasi, Munas Golkar yang akan didahului Rapimnas pada 20 Agustus 2024 mendatang, diputuskan dalam Rapat Pleno pada Selasa (13/8/2024) lalu.
Nama Bahlil Lahadalia Menguat Jadi Ketum Golkar
Diketahui, penunjukkan plt ketua umum (ketum) dilakukan karena Airlangga Hartarto mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar.
"Menunjuk Plt Ketum. Saya kenalkan dulu. Rapat pleno mengesahkan Plt Ketum yang terhormat Bapak Agus Gumiwang Kartasasmita," ujar Ketua DPP Golkar Meutya Hafid dalam jumpa pers di kantor DPP Golkar, Jakarta Barat, Selasa malam, dikutip dari Kompas.com.
"Secara musyawarah dan mufakat saya diberikan amanah untuk memimpin partai Golkar sebagai Plt Ketum Golkar dan tugas utama saya sebagai Plt Ketum Golkar adalah mengantarkan Golkar menuju Rapimnas dan Munas ke-11," kata Agus Gumiwang menimpali.
Diketahui, dalam munas tersebut nantinya akan dipilih Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar setelah Airlangga Hartarto mundur.
Di antara sejumlah nama internal Golkar yang muncul, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia tampaknya menjadi kandidat terkuat saat ini.
Meskipun, memang belum ada yang resmi maju mencalonkan diri menjadi Ketum Partai Golkar.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Dito Ariotedjo mengungkapkan, belum mengetahui apakah bakal hanya ada calon tunggal ketua umum pada munas mendatang.
Namun, Dito mengaku, telah mendengar aspirasi dari pengurus Golkar yang mengerucut pada nama Bahlil Lahadalia.
(mg/alinda tyas praftina)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS).