Selain itu, beberapa negara mengalami piramid terbalik, yakni lebih banyak penduduk berusia tua dibandingkan kalangan muda yang produktif.
Sebab, semua masalah itu terjadi di tengah kontestasi kemajuan teknologi AI. Baginya, jika AI dimanfaatkan mengatasi masalah demikian, maka pemanfaatan AI masih bisa diterima.
“Kepada Paus Fransiskus, saya beri masukan, ada sebuah peran yang mungkin diambil AI dalam mengatasi global warming. Menurut saya, apakah ini bisa jadi diskusi kita, apakah AI dapat berperan untuk menghentikan global warming?” kata Megawati.
“Intinya, pemikiran apakah AI punya lebih banyak keuntungan bagi manusia, atau sebaliknya. Menurut saya harus ada batas AI, dimana ‘intelligence’ itu harus tetap dikuasai oleh manusia,” tegasnya.
Dengan demikian, Megawati mengatakan, ke depan, seruan pengunaan AI demi mendukung kemanusiaan bagi keadilan dan kesetaraan dunia, harus terus digalakkan.
Dengannya, akan muncul kesadaran bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk AI, ditempatkan kegunaannya justru bagi amal kemanusiaan, justru bagi kehidupan manusia.
“Bukan jadi bagian alat pembunuh bagi kemanusiaan itu sendiri. Sementara teknologi yang hanya memicu lahirnya senjata pemusnah massal ataupun disrupsi bagi kemanusiaan harus dicegah penggunaannya,” pungkasnya.
Dalam rombongannya ke Rusia, Megawati didampingi oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga serta Guru Besar Fakultas Hubungan Internasional Universitas St.Petersburg, Connie Rahakundini Bakrie.
Dalam kunjungan ke Rusia, Megawati didampingi Ketua DPP PDIP Bidang Luar Negeri Ahmad Basarah, Ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri Ismail, anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Kesowo.
Turut pula mendampingi, Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian dan Wakil Kepala BPIP Rima Agristina. Megawati juga tampak ikut ditemani Herman Herry, anggota DPR RI serta Samuel Wattimena, anggota DPR RI terpilih.