Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) berhasil mengubah cara guru berinteraksi di kelas melalui pelatihan gestur humanis dan memesona berbasis nilai-nilai Tri Kaya Parisudha.
Cara ini meningkatkan keterampilan komunikasi nonverbal guru agar lebih efektif dan menyentuh hati siswa dan telah dipraktikan dalam program pengabdian masyarakat di Sekolah Dasar (SD) Gugus Kapten Kompyang Sujana, Denpasar, pada Sabtu (7/9/2024).
"Pelatihan ini dirancang sebagai respons atas pengamatan bahwa banyak guru di gugus tersebut belum memaksimalkan penggunaan gestur dalam mengajar," kata I Ketut Budiarsa, Ketua Gugus Kapten Kompyang Sujana kepada wartawan, Rabu (9/10/2024).
Dikatakannya, saat sekitar 54 persen guru masih berada di kategori sedang dalam penggunaan gestur, sementara 18 persen lainnya masuk kategori rendah.
“Gestur itu penting untuk menciptakan suasana belajar yang lebih hidup dan interaktif, tapi banyak guru belum sadar sepenuhnya akan hal ini,” kata Ketut.
Untuk menjawab tantangan ini, tim pengusul dari Undiksha, yang diinisiasi oleh Drs. I Wayan Sujana, S.Pd., M.Pd., bersama dua rekannya, Adrianus I Wayang Ilia Yuda Sukmana, S.Kom., M.Pd., dan Drs. I Made Suarjana, M.Pd, mengambil langkah konkret.
Mereka merancang program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan gestur humanis di dalam kelas dengan filosofi 'Tri Kaya Parisudha'.
'Tri Kaya Parisudha', yang terdiri dari 'manacika' (berpikir baik), 'wacika' (berkata baik), dan 'kayika' (berbuat baik), diyakini mampu membantu guru menciptakan hubungan lebih hangat dan bermakna dengan siswa.
“Pelatihan ini bukan hanya soal teori, tetapi bagaimana guru bisa mengintegrasikan gestur yang humanis dan memesona dalam pembelajaran sehari-hari,” ujar I Wayan Sujana.
Dengan melibatkan 45 guru SD dari Gugus Kapten Kompyang Sujana, pelatihan ini menggabungkan diskusi interaktif dan praktik langsung tentang cara menyampaikan materi dengan lebih ekspresif, tanpa kehilangan esensi kehangatan dan empati terhadap siswa.
Sujana mengatakan, gestur yang humanis, seperti tatapan hangat, senyum yang tulus, dan gerakan tangan yang selaras dengan materi, bisa membuat siswa merasa lebih diperhatikan.
“Ini tentang bagaimana membuat kelas terasa lebih hidup dan interaktif. Dengan gestur yang tepat, guru bisa menyampaikan pesan tanpa harus banyak bicara,” tambahnya.
Selain itu, pelatihan ini juga menekankan pentingnya nilai-nilai Tri Kaya Parisudha dan dengan mengaplikasikan ajaran berpikir, berkata, dan berbuat baik dalam pembelajaran, guru diharapkan bisa menciptakan suasana belajar yang lebih menyentuh dan relevan bagi siswa.