Hal tersebut menggerakan ekonomi para penjahit, pedagang di pasar-pasar tradisional hingga pasa modern, bahkan persewaan-persewaan busana dan asesorisnya.
“Kebaya yang terus hidup, bertransformasi dan mengikuti perkembangan zaman membuatnya bisa menghidupi. Kami percaya, kebaya akan terus lestari dan makin membumi di Tanah Pertiwi,” kata dia.
Buku ini awalnya dimaksudkan sebagai ‘dossier’ atau dokumen untuk melengkapi pengajuan kebaya sebagai warisan budaya adiluhung Indonesia kepada UNESCO agar diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (Intangible Heritage) Dunia.
Kemudian, penyusunan buku ini meluas menjadi sebuah dokumentasi tentang upaya gigih perempuan Indonesia untuk keberlanjutan kebaya di Nusantara, serta usaha dan aktivitas komunitas penggiat kebaya untuk terus menjaga dan menghormati warisan budaya ini dan melestarikannya hingga ke generasi mendatang.
“Kebaya adalah salah satu ikon budaya Indonesia yang menunjukkan keindahan dan kearifan lokal bangsa kita. Buku ini menjadi salah satu bentuk kontribusi nyata Tim Nasional Kebaya Indonesia dalam menjaga Kebaya tetap hidup di tengah gempuran budaya global,” jelas Miranti.
Dia berharap setiap perempuan yang membaca buku ini bisa merasakan kebanggaan besar saat mengenakan kebaya dengan memahami cerita di balik setiap ragam kebaya nasional.
Caption:
Menteri Kebudayaan Fadli Zon (paling kanan) di acara peluncuran buku "Kebaya, Keanggunan yang Diwariskan" di Jakarta.