News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Yakinkan Investor Global, Menko Airlangga Beberkan Indikator Positif Ekonomi Indonesia

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menjadi keynote speaker pada Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) C-Suite Access bertema Indonesia’s Economic and Political Outlook 2025, di Jakarta, Sabtu (30/11/2024).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan fundamental perekonomian Indonesia sampai saat ini masih solid.

Pernyataan Airlangga itu berdasarkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal III-2024 sebesar 4,95 persen.

Menurutnya, angka tersebut berkinerja lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara seperti Singapura (4,1 persen), Arab Saudi (2,8 persen), dan Meksiko (1,5 persen).

“Pertama-tama, Indonesia berhasil tumbuh di kisaran 5 persen dalam satu dekade terakhir. Hanya sedikit negara seperti Indonesia yang mampu mengendalikan inflasi di bawah 2 persen," kata Airlangga Hartarto, ketika menjadi keynote speaker pada Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) C-Suite Access bertema Indonesia’s Economic and Political Outlook 2025, di Jakarta, Sabtu (30/11/2024).

Ia pun mengungkap rasio utang Indonesia terhadap PDB sangat rendah, berada pada kisaran angka 40 persen.

Baca juga: Hasil Survei Indikator: Perekonomian Nasional Mulai Pulih

"Artinya, fundamental perekonomian Indonesia kuat. Cadangan devisa kita sekitar USD150 miliar, dan perdagangan kita juga positif,” ujar dia.

Ia menjelaskan, tingkat pengangguran (per Agustus 2024) juga turun menjadi 4,91 persen dibandingkan Agustus 2023 sebesar 5,32 persen.

Kemudian, jumlah pekerja bertambah 4,7 juta orang dari 139,9 juta (Agustus 2023) menjadi 144,6 juta orang (Agustus 2024), dengan proporsi sebanyak 42,05 persen merupakan pekerja formal, dan 57,95 persen pekerja informal.

Baca juga: Indikator Ekonomi Positif, Indonesia Masih Jadi Target Pasar Besar di Perdagangan Internasional

“Kemarin Presiden Prabowo mengumumkan kenaikan gaji minimum tahun depan sebesar 6,5 persen. Jadi, itu lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi," katanya.

Menurut Airlangga, menjaga kelas menengah di Indonesia sangat penting dalam rangka menjadi negara berpendapatan menengah ke atas.

"Jadi kita ingin mempercepat pembangunan, sehingga dalam waktu 10 tahun dapat mencapai angka pendapatan per kapita di atas USD12 ribu,” kata Airlangga.

Ia pun menambahkan, saat ini sudah ada beberapa provinsi di Indonesia yang pendapatan per kapitanya cukup tinggi.

Misalnya, di Jakarta sebesar USD22 ribu, lalu di Kalimantan Timur dan beberapa provinsi di Pulau Sumatera mempunyai pendapatan per kapita sekitar USD 17 ribu.

“Jadi, tugas Pemerintah adalah bagaimana agar lebih setara, tidak ada disparitas (pendapatan) antara satu daerah dengan daerah lainnya," ucapnya.

Karena itu, menurut dia, satu caranya adalah membangun Indonesia berdasarkan Indonesia sentris bahwa pusat gravitasinya berpindah dari Pulau Jawa ke Indonesia Timur.

"Pemerintah telah membangun 22 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk itu,” ujarnya.

Airlangga menambahkan, dalam 10 tahun terakhir, Indonesia juga cukup aktif dalam keanggotaanya di berbagai forum ekonomi multilateral.

Misalnya, Indonesia merupakan penggagas Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang salah satunya mengikutsertakan Tiongkok di dalamnya, kemudian bersama Amerika juga membentuk Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF).

Indonesia juga sedang berproses untuk aksesi menjadi anggota OECD dan BRICS.

Menurut Airlangga, tujuan dari penandatanganan berbagai perjanjian multilateral tersebut yakni antara lain untuk membuka pasar perdagangan baru, meningkatkan dan menyelaraskan standar perdagangan dan keuangan, serta menarik lebih banyak investasi yang akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja juga.

"Karena target investasi kita tahun ini sekitar Rp1.900 triliun, dan saya kira tahun depan akan dibutuhkan investasi lebih dari Rp2.100 triliun, jadi kita butuh lebih banyak ‘teman’ maupun investor,” katanya.

Ketertarikan investor global datang ke Indonesia tak hanya didorong dari besarnya potensi pasar ekspor atau pun karena menariknya pasar domestik yang memiliki daya beli konsumen kuat.

Tetapi mereka harus bisa mempercayai supremasi hukum di Indonesia, dan mengetahui bahwa Indonesia mematuhi nilai-nilai global mengenai lingkungan hidup, praktik bisnis, transparansi, dan tidak ada korupsi.

Menko Airlangga pun meyakinkan para investor global.

“If you want to grow, then grow with Indonesia,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini