TRIBUNNEWS.COM – Prof. Dr. Rahakundini Laspetrini, M.Si. sedang menjadi buah bibir karena diduga menyebarkan berita bohong atau hoaks.
Wanita yang akrab disapa Connie Bakrie itu dilaporkan seseorang berinisial AK (24) ke Polres Metro Jakarta Selatan atas dugaan penyebaran berita bohong atau hoaks di media sosial.
Melalui Instagram pribadinya, Connie disinyalir menyebarkan hoaks terkait Pemilu 2024.
Connie disebut membuat pernyataan bahwa Polri memiliki akses ke Sirekap dan bisa menyunting Formulir C1 melalui polres-polres.
Berikut profil Rahakundini Laspetrini alias Connie Bakrie.
Kehidupan Pribadi
Dilansir dari situs Wikipedia, Rahakundini Laspetrini alias Connie Bakrie lahir di Bandung, Jawa Barat pada 3 November 1964.
Connie Bakrie merupakan putri dari pasangan Bakrie Arbie dan Ani Sekarningsih.
Saat ini, Connie Bakrie telah memiliki suami yang bernama Djaja Suparman dan telah dikaruniai tiga buah hati yang bernama Audindra, Samantha Deandra Azzaria, dan Aurelle Alessandra Merkava.
Baca juga: Connie Bakrie Tak Tahu soal Panggilan Polda Metro Jaya, Tak Mungkin Hadir karena Berada di Rusia
Pendidikan
Connie Bakrie meraih gelar sarjana (S1) di Universitas Birmingham, Inggris, dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Boston, Amerika Serikat.
Connie kemudian melanjutkan pendidikan doktoralnya di Universitas Indonesia.
Selain gelar formal, Connie juga menempuh pendidikan tambahan di Asia Pasifik Centre for Security Studies (APCSS), Hawaii-Fu Xi Kang War Academy, serta mengikuti ROC-Chevening Executive Programme for Democracy and Security di Universitas Birmingham, Inggris.
Baca juga: Connie Bakrie: Pengamanan Wilayah dan Jalur Pasokan Global Jadi Kunci Indonesia Menangkan Geopolitik
Karier
Connie Bakrie merupakan seorang pengamat militer, Connie juga tercatat aktif berkecimpung di dunia politik.
Sebelumnya, Connie menjabat sebagai Anggota Dewan Pakar Partai Nasional Demokrat, namun kemudian mengundurkan diri setelah mengetahui bahwa NasDem mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden.
Connie pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Kajian Maritim Indonesia. Selain itu, Connie juga pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif IODAS (Institut Kajian Pertahanan dan Keamanan).
Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Dewan Pembina di IIMS (Indonesian Institute for Maritime Studies) setelah sebelumnya mendirikan Institut Maritim Indonesia (IMI).
Connie juga menjadi salah satu dari 23 orang lainnya yang terpilih untuk mengikuti Kepemimpinan Masa Depan Program Angkatan III di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Boston, Amerika Serikat.
Dia juga menjadi bagian dari Program Eksekutif Chevening untuk Demokrasi dan Keamanan di Universitas Birmingham, Inggris.
Pengalaman Connie juga meluas ke dunia diplomasi, di mana ia rutin memberikan pengajaran di Sekolah Diplomat Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Sesparlu dan Disparlu) serta di berbagai universitas di dalam dan luar negeri.
Berkat prestasinya yang gemilang, pemikiran yang digagas oleh Connie sering dijadikan referensi oleh pengambil kebijakan di berbagai lembaga pemerintah Indonesia, termasuk DPR Komisi 1, Kemenkopolhukam, Kemhan, Kemlu, Wantannas, Lemhanas, Wantimpres, dan Badan Intelijen Negara (BIN).
Kontribusinya dalam bidang industri pertahanan semakin mengukuhkan perannya, yang kini juga tercermin dalam jabatan sebagai Dewan Pengawas Industri Pertahanan Swasta Nasional.
(Tribunnews.com/David Adi)