TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seiring kemajuan teknologi dan semakin terbukanya akses informasi, penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu penentu daya saing individu.
Meskipun banyak institusi pendidikan dan kursus berusaha meningkatkan keterampilan berbahasa, tantangan masih dihadapi dalam memastikan kualitas dan pemerataan pendidikan di seluruh wilayah.
Akses yang tidak merata dan kualitas pengajaran yang bervariasi menjadi penghalang utama.
Penguasaan bahasa Inggris dapat berdampak langsung pada daya saing global suatu negara.
Dalam lingkungan kerja internasional, kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris adalah syarat mutlak.
Jika kemampuan ini tidak diprioritaskan, produktivitas dan peluang ekonomi bisa berpengaruh secara signifikan.
Selain faktor pendidikan, kesadaran masyarakat akan pentingnya pembelajaran bahasa Inggris juga menjadi elemen kunci.
Ketidakselarasan dalam pengajaran bahasa Inggris dengan perkembangan zaman membuat banyak individu kurang siap menghadapi tuntutan dunia kerja modern.
Upaya peningkatan kemampuan bahasa ini seharusnya tidak hanya difokuskan pada generasi muda, tetapi juga pada kelompok usia dewasa yang ingin mempertahankan kompetensinya.
Alhasil, tingkat kemahiran berbahasa Inggris di Indonesia, menunjukkan tren penurunan.
Berdasarkan laporan terbaru EF English Proficiency Index (EF EPI) 2024, Indonesia mengalami penurunan peringkat dalam skala global.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa 60 persen negara peserta mengalami penurunan skor dibandingkan tahun sebelumnya, termasuk Indonesia yang turun satu peringkat ke posisi 80 dari 116 negara.
Meskipun situasi ini mengkhawatirkan, ada tanda positif dalam beberapa kelompok.
Data menunjukkan bahwa kelompok usia 26-30 tahun di Indonesia memiliki skor kemahiran tertinggi, menunjukkan bahwa investasi pendidikan dalam beberapa dekade terakhir telah memberikan hasil.