Namun, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul membantah bahwa pembentukan Tim Lima sama sekali tidak berkaitan dengan Pansus Haji.
Tim Lima, kata Gus Ipul, dibentuk karena selama ini banyak petinggi PKB yang kerap melontarkan pernyataan ahistoris dan mengerdilkan PBNU.
Salah satu sikap yang dianggap ahistoris itu adalah ketika PKB memilih Anies Baswedan sebagai calon presiden yang diusung pada Pilpres 2024.
Penunjukan Anies Baswedan sebagai capres oleh PKB ini, kata Gus Ipul, tanpa dikonsultasikan terlebih dulu dengan para sesepuh NU, termasuk Gus Yahya dan Rais Aam NU Miftachul Achyar.
Lewat tim tersebut, PBNU menunjuk dua orang sebagai tim utama yakni, Wakil Rais Aam Anwar Iskandar dan Wakil Ketua Umum PBNU Amin Said Husni.
Gus Yahya menyebut Anwar Iskandar adalah satu-satunya orang yang tersisa dari para pendiri awal PKB.
Sementara Amin Said Husni merupakan Wasekjen pertama PKB.
Nantinya, kata dia, keduanya akan memberikan rekomendasi kepada PBNU terkait hubungan NU dengan PKB
"Kita lihat beliau berdua akan bekerja lebih lanjut mendalami masalah ini, dan memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada PBNU, mengenai langkah-langkah yang harus diambil," kata Yahya.
Perang Pernyataan
Usai Tim Lima dibentuk, PBNU melakukan manuver dengan memanggil elite PKB yang sudah tidak dipakai di era kepemimpinan Cak Imin.
PBNU memanggil eks Sekjen PKB Lukman Edy di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (31/7/2024) lalu.
Usai pertemuan hampir dua jam itu, Lukman menuding Cak Imin menghilangkan peran dewan syuro PKB yang berisikan para kiai-kiai sepuh.
"PKB di bawah kepemimpinan Cak Imin secara sistematis mengurangi peran-peran dan kewenangan dari para kiai. Bahkan formalnya, Muktamar Bali itu menghilangkan sebagian besar kewenangan dari dewan syuro," kata Lukman.