TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Bukan cuma produsen chip, industri otomotif juga membutuhkan pasokan lebih untuk lithium dalam pembuatan mobil listrik.
Permintaan global untuk lithium tahun lalu sendiri mencapai sekitar 320.000 ton.
Mengutip Reuters pada Kamis (2/12), sebagian besar konsultan industri memperkirakan kebutuhan lithium akan mencapai 1 juta ton pada tahun 2025 dan 3 juta ton pada akhir dekade ini.
Baca juga: Sepeda Listrik Buatan Tiongkok Berkelir Robot Gundam Curi Perhatian Pengunjung GI
Oleh sebab itu, pembuat mobil harus bekerja lebih dekat dengan produsen lithium untuk menjamin pasokan.
Utamanya untuk jenis lithium putih yang meningkatkan jangkauan dan kinerja kendaraan listrik. Sehingga, produsen memerlukan investasi dan perencanaan yang luas.
Divisi lithium Albemarle Eric Norris dan Kepala Eksekutif Livent Paul Graves menyatakan pihaknya mau menjalin kerja sama, bila pembuat mobil menandatangani kontrak jangka panjang dan berbagi rencana pengembangan.
Baca juga: Selain di Bandara Soekarno-Hatta, Damri Bakal Operasikan Bus Listrik di Seluruh Segmen Perkotaan
"Sangat penting bagi kami untuk memiliki jenis hubungan dan transparansi dengan produsen mobil agar tidak menempatkan mereka dalam situasi di mana mereka tidak memiliki produk yang mereka butuhkan," kata Norris.
Tanpa koordinasi seperti itu, industri otomotif mungkin tidak memiliki cukup lithium yang dibutuhkan untuk membuat kendaraan listrik bertahan lebih lama.
Baca juga: Nissan Dikabarkan Bakal Luncurkan 23 Mobil Listrik hingga 2030
"Mungkin ada periode di mana lithium yang tersedia tidak mencukupi untuk memenuhi apa yang coba dilakukan setiap pembuat mobil," kata Graves.
General Motors Co, Stellantis NV dan lainnya menandatangani perjanjian pasokan tahun ini dengan perusahaan rintisan ekstraksi lithium langsung (DLE) yang menjanjikan produksi lithium secara berkelanjutan.
artikel ini sudah tayang di KONTAN dengan judul Tak hanya chip, pembuat mobil listrik juga kesulitan pasokan lithium