Keduanya ingin mengembangkan otomatisasi level 4, yakni kendaraan yang dapat dikemudikan tanpa sopir dalam kondisi normal.
Strategi jangka panjang Xiaomi ini menjadi bukti entitas raksasa teknologi tak mau ketinggalan era mobil listrik. Selain Xiaomi, perusahaan teknologi lain yang juga mau masuk ke dalam ekosistem mobil listrik adalah Apple.
Bahkan ada pula perusahaan asal China lainnya, Baidu, yang sudah bekerja sama dengan Geely. Huawei juga telah dilaporkan mengucurkan dana sekitar Rp 14,6 triliun untuk mengembangkan mobil listrik.
Xiaomi Rekrut 500 Karyawan Baru untuk Kembangkan Teknologi Autopilot Level 4
Sebelumnya, Xiaomi dikabarkan akan merekrut sekitar 500 karyawan ke dalam divisi yang baru dibuat untuk mengembangkan teknologi self-driving SAE Level 4 untuk mobil.
Ada enam level dalam klasifikasi SAE untuk teknologi self driving kendaraan roda empat. Level nol berarti tidak ada fitur otomatis, di mana pengemudi dapat mengendalikan segalanya.
Sementara, Level 5 merupakan level otomatisasi penuh, sehingga peran pengemudi tidak diperlukan sama sekali.
Honda Legend akan menjadi kendaraan produksi pertama yang memanfaatkan teknologi self-driving SAE Level 3 dan merupakan yang tertinggi sejauh ini.
Sementara itu, semua pabrikan lain sejauh ini baru memaksimalkan Level 2, termasuk Tesla dengan nama Full Self Driving Feature yang menyesatkan.
Melansir Formacar, Kamis (5/8/2021), saat mencapai SAE Level 4, akan memungkinkan mobil untuk mengemudi sendiri ke tujuan yang ditentukan sebelumnya tanpa perlu campur tangan pengemudi, kecuali keadaan darurat.
Musim semi ini, Xiaomi menyebutkan niat untuk memproduksi EV lengkap dengan mereknya sendiri.
Mereka berencana untuk mengontrak Great Wall Motor Company untuk produksi dan mengiklankan mobil yang masih akan diumumkan sebagai model yang berorientasi pasar massal dan relatif terjangkau.
Hal ini mungkin akan sejalan dengan gadget elektronik Xiaomi, ponsel dan perangkat lain yang seringkali dibanderol dengan harga menarik.