Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Perusahaan perdagangan kripto, Currency.com menghentikan operasinya bagi pengguna yang berbasis di Rusia, sebagai tanggapan atas kekejaman dan kekerasan yang dilakukan Rusia terhadap warga sipil Ukraina.
Currency.com mengumumkan hal ini pada Selasa (12/4/2022), dan mengatakan penduduk Rusia tidak lagi dapat mengakses layanannya, menyusul keputusan platform ini untuk menghentikan pengguna asal Rusia untuk membuka akun baru.
Berdasarkan situs web resmi Currency.com, platform perdagangan kripto ini berbasis di Gibraltar, dan memiliki kantor di Kyiv dan London serta di ibu kota Lithuania, Vilnius. Namun sebelumnya, platform ini dilisensikan dan berkantor pusat di Belarusia.
Baca juga: Perdagangan Kripto di India Makin Merosot Akibat Terbitnya Aturan Wajib Pajak 30 Persen
Kepala Strategi untuk Operasi Platform London dan CEO Currency.com Ukraina, Vitalii Kedyk membenarkan kabar dihentikannya operasi Currency.com untuk pengguna Rusia.
“Kami mengutuk agresi Rusia dalam istilah yang paling kuat. Dalam keadaan seperti ini, kami tidak dapat lagi terus melayani klien kami dari Rusia,” ujar Kedyk, yang dilansir dari Cointelegraph.com
Pertukaran kripto besar lainnya telah menanggapi seruan untuk membekukan aset digital Rusia, atau membatasi akses bagi pengguna yang berasal dari Negara Beruang Merah ini, di tengah serangan militer yang dilancarkan Rusia kepada Ukraina.
Seorang juru bicara Binance pada bulan Februari lalu, mengatakan Binance hanya akan membekukan akun pengguna yang masuk ke dalam daftar sanksi Barat.
Sementara CEO pertukaran cryptocurrency Kraken, Jesse Powell mengisyaratkan akan memotong akses pengguna Rusia ke kripto, sebagai bentuk sanksi yang Kraken jatuhkan kepada Rusia.
Baca juga: Transaksi Kripto Akan Kena Pajak Ganda: PPN dan PPh Mulai 1 Mei 2022, Begini Alasannya
Selain platform pertukaran kripto, banyak bisnis swasta termasuk perusahaan kartu kredit Visa dan Mastercard yang telah menghentikan operasi mereka di Rusia.
Sebaliknya, pemerintah Ukraina menggunakan platform kripto untuk mengumpulkan donasi dari seluruh dunia, dan berhasil mengumpulkan lebih dari 60 juta dolar AS.