Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Tekanan keuangan di pasar global telah memicu kekhawatiran investor, hingga membuat aksi jual Bitcoin meningkat menembus 5.700 koin BTC selama periode Juli 2022.
Aksi jual Bitcoin dan sejumlah aset kripto lainnya terjadi imbas dari kenaikan harga energi di pasar global, akibat memanasnya serangan invasi antara Rusia dan Ukraina sejak Februari lalu.
Melonjaknya harga energi lantas membuat biaya operasi para penambang ikut naik, namun sayangnya kenaikan tersebut tidak didukung dengan adanya penguatan harga.
Baca juga: Harga Bitcoin Jeblok, Dibayangi Lonjakan Inflasi Jelang Perilisan Data Indeks Harga Konsumen AS
Justru selama beberapa bulan terakhir Bitcoin dan sejumlah altcoin terus mengalami pelemahan, hingga membuat pasar kripto mengalami bear market berkepanjangan.
“Mereka tertekan karena kurangnya produksi aset energi (seperti tenaga angin di Texas) dan permintaan yang berlebihan dari penggunaan AC, sehingga banyak penambang skala industri yang dimatikan selama periode ini untuk menstabilkan jaringan” ujar pernyataan dari juru bicara Core Scientific, dikutip dari situs Bitcoinist.
Dengan alasan tersebut para investor dan penambang mulai meninggalkan aset digital dan beralih ke aset safe haven untuk menghindari pembengkakan kerugian. Kondisi seperti ini yang memicu terjadinya aksi jual Bitcoin massal.
Menurut laporan dari Hash Rate Index, aksi jual Bitcoin di bulan Juli lalu mencapai 5.767 BTC, dengan Core Scientific yang mencatatkan diri sebagai perusahaan kripto yang paling banyak melakukan penjualan Bitcoin hingga mencapai 1.970 koin BTC, disusul perusahaan BitFarms dan Argo yang masing-masing menjual Bitcoin sebanyak 1.600 koin dan 900 BTC.
Penjualan tersebut berbanding terbalik dengan jumlah Bitcoin yang diproduksi sepanjang bulan Juli, dimana pada bukan tersebut para penambang hanya mampu memproduksi 3.470 BTC.
Bahkan imbas meningkatnya aksi jual Bitcoin, telah membuat perusahaan penambangan kripto ternama yaitu, Riot Blockchain terpaksa mengurangi operasi mining atau penambangan dengan cara memindahkan penambang kripto dari New York ke fasilitas Whinstone di Texas.
Dengan tujuan untuk mengurangi biaya operasional perusahaan. Langkah ini dilakukan Riot setelah tagihan kredit listrik perusahaan membengkak hingga tembus mencapai 9,5 juta dolar AS.