Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS,COM. NEW YORK – Ditengah isu kebangkrutan yang melanda bursa pertukaran cryptocurrency FTX, koin kripto senilai ratusan dolar AS dilaporkan menghilang secara misterius dalam kurun waktu 24 jam terakhir, pada Sabtu (12/11/2022).
Dimana koin kripto dengan nominal 659 juta dolar AS atau sekitar Rp 10,1 triliun (satuan kurs Rp 15.473) dinyatakan lenyap ditengah berita kaburnya CEO FTX Sam Bankman-Fried, meski perusahaan telah menegaskan bahwa dana tersebut hilang karena diretas, namun analitik blockchain Elliptic mencatat dana tersebut lenyap setelah sebuah dompet misterius mendadak melakukan transaksi pemindahan koin dari bursa FTX ke bursa internasional lainnya.
Baca juga: Binance Mundur dari Kesepakatan Akuisisi FTX, Pertukaran Kripto Bankman-Fried di Ambang Kehancuran
Pernyataan serupa juga turut dilontarkan firma analitik yang berbasis di Singapura, Nansen, dalam laporannya Nansen menyebut bahwa ada lebih dari 600 juta dolar AS yang terkuras dari dompet crypto FTX.
Uniknya penarikan tersebut dilakukan menggunakan teknik yang biasanya digunakan oleh peretas, yakni dengan mengkonversi kripto menjadi eter dan dai pada pertukaran terdesentralisasi.
“Cara pemindahan aset-aset ini sangat mencurigakan, pola transaksi yang sangat mirip telah terlihat dengan pencurian berskala besar di masa lalu – di mana aset yang dicuri dengan cepat ditukar di bursa yang terdesentralisasi, untuk menghindari penyitaan.” jelas Tom Robinson, ilmuwan kepala Elliptic.
Hilangnya kripto senilai jutaan dolar AS ini, sontak menimbulkan spekulasi jika pendirinya yakni Sam Bankman-Fried tengah berupaya lari dengan membawa kabur dana tersebut untuk menghindari penyelidikan pihak berwenang AS atas kasus keruntuhan FTX. Terlebih saat ini keberadaan Sam Bankman masih belum dapat lacak publik.
Tak lama dari beredarnya isu miring ini, Pendiri FTX Sam Bankman-Fried langsung menyangkal spekulasi terkait pelarian dirinya dari Nassau ke Argentina. Pada Reuters, mantan CEO FTX ini mengatakan bahwa pihaknya kini tengah berada di kediaman lamanya yang berlokasi di Bahama.
Sementara untuk yang terjadi di bursa kriptonya, Bankman-Fried juga menyebut bahwa penarikan tersebut merupakan sebuah langkah cold storage atau pemindahan yang bertujuan untuk mengurangi pembengkakan pengeluaran akibat melonjaknya jumlah transaksi yang tidak sah akibat peretasan .
Sebelum mengalami kebangkrutan FTX adalah salah satu exchange cryptocurrency dengan volume trading terbesar dan memiliki partnership paling banyak. Bahkan FTX sempat memiliki valuasi sebesar 32 miliar dolar AS pada Januari 2022.
Baca juga: Elon Musk Jadi Pemilik Twitter, Kripto Doge Mengalami Kenaikan Hingga 111 Persen
Namun akibat penyalahgunaan dana pengguna, platform jual beli kripto ini lantas mengalami krisis likuiditas hingga FTX tidak dapat memproses penarikan. Bahkan utang FTX membludak hingga mencapai 13,86 miliar sementara FTX hanya memiliki dana likuid 900 juta dolar AS. Alasan inilah yang membuat FTX mengalami kebangrutan.
Tak hanya itu imbas dari kebangrutan ini juga memberikan efek domino bagi sejumlah perdagangan kripto, seperti Bitcoin yang mencatatkan penurunan terbesar hingga nilainya turun di bawah 16.000 dolar AS untuk pertama kalinya sejak 2020.
“Segalanya akan terus membara setelah kehancuran FTX, itu akan memicu efek domino yang akan menyebabkan serangkaian investor terpaksa menjual aset." kata Alan Wong, manajer operasi Pertukaran Aset Digital Hong Kong.