Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Harga beberapa aset kripto terpantau merosot pada Jumat (24/3/2023), karena investor bergulat dengan ancaman baru terhadap sistem perbankan global serta kekhawatiran yang terus berlanjut tentang kebijakan moneter AS.
Bitcoin yang merupakan aset kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, baru-baru ini mengalami penurunan sebesar 2 persen menjadi 27.450 dolar AS, menurut data CoinDesk.
Padahal sehari sebelumnya Bitcoin berada di angka 28.300 dolar AS dan sempat naik lebih dari 16 persen.
Aset kripto terbesar kedua yakni Ethereum juga mengalami penurunan sebesar 3 persen menjadi 1.745 dolar AS pada Kamis (23/3/2023).
"Bank-bank besar cenderung saling berhubungan, dengan eksposur bersama pada pinjaman sindikasi, dan melalui jaringan repo serta transaksi rekanan lainnya," kata Steve Sosnick, kepala strategi di perusahaan pialang Interactive Brokers, dalam sebuah catatan terkait krisis perbankan.
Dia juga mencatat credit default swaps dapat menjadi "bencana" bagi pemegang obligasi karena "merusak aliran pendapatan yang menjadi sandaran pemegang”.
"Akibatnya, nilai pasar obligasi dapat turun secara substansial dan drastis,” ujar Sosnick.
Baca juga: Harga Bitcoin Diramal Naik Jadi 1 Juta Dolar AS, Investor Diminta Bersiap
Sementara itu, investor kripto terus mempertimbangkan masalah penegakan peraturan baru-baru ini, termasuk peringatan dari Securities and Exchange Commission (SEC) kepada Coinbase bahwa agensi sedang melakukan tindakan penegakan hukum terhadap pertukaran untuk kemungkinan pelanggaran sekuritas.
Baca juga: Momen The Merge Berpeluang Kerek Harga Ethereum
“Tidak ada yang tahu bagaimana regulator akan mengatur jika semua token adalah sekuritas,” tulis Edward Moya, analis pasar senior untuk pembuat pasar valuta asing Oanda, seraya menambahkan kesuksesan Coinbase merupakan “hal penting untuk pertumbuhan kripto jangka panjang”.