Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
- TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Dominasi industri Web3 dan kripto di Amerika Serikat turun tajam hingga mencapai 26 persen sejak lima tahun terakhir atau sejak 2018 hingga 2022.
Penurunan tersebut terjadi di tengah meningkatnya popularitas kripto di pasar global yang saat ini tumbuh 8,62 persen, menjadi 1,2 triliun dolar AS dan mengungguli saham bank Wall Street teratas yang ambruk karena terpengaruh pengetatan moneter yang dilakukan The Fed.
Menurut laporan “State of Crypto 2023” dari perusahaan modal ventura Andreessen Horowitz, juga dikenal sebagai a16z.
Ada sejumlah faktor yang dapat menyebabkan dominasi penambang kripto di AS mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir.
Diantaranya, serangkaian proses kebangkrutan yang dialami bandar kripto kondang kondang Amerika seperti FTX, Voyager, dan Celcius.
Kondisi ini kian diperparah dengan adanya pengetatan tindakan hukum yang diberlakukan otoritas AS kepada pelaku industri kripto.
Misalnya peraturan terkait Responsible Financial Innovation Act, meski tujuan undang – undang keuangan ini berpotensi besar menciptakan lapangan kerja baru serta dapat memodernisasi infrastruktur AS.
Namun para penambang kripto memandangnya peraturan ini sebagai ancaman terhadap inovasi dan pengembangan teknologi blockchain karena dapat menghalangi pertumbuhan industri dengan memberlakukan pajak aset digital yang relatif mahal.
Selanjutnya ada aturan Digital Commodities Consumer Protection Act dan Restriction Act yang dinilai pengguna kripto sebagai upaya pemerintah untuk mengungkapkan data pribadi dan melanggar hak privasi pengguna.
Baca juga: Terjun ke Dunia Web3, Amazon Rilis Marketplace NFT
Baru-baru ini pemerintah AS juga tengah merampungkan aturan baru Digital Commodity Exchange Act yang berpotensi memberatkan dan membatasi pertumbuhan serta kemajuan teknologi blockchain.
Serangkaian tekanan ini yang kemudian membuat para penambang kripto mulai meninggalkan AS dan mulai beralih ke sejumlah negara ramah kripto.
Coindesk mencatat selama pemerintah AS memperketat regulasi kripto setidaknya 90 persen penambang telah memindahkan bisnis kriptonya ke wilayah Asia, Amerika Utara, dan Eropa dengan masing-masing memiliki 30 persen bagian.
Baca juga: Perusahaan Jepang Bikin Aliansi Metaverse untuk Dorong Strategi Web3
Meskipun para investor kripto banyak yang telah meninggalkan pasar Amerika, namun founder Coinbase, Brian Armstrong masih optimis bahwa negara Paman Sam ini memiliki kesempatan untuk memimpin di sektor mata uang digital.
“Kita memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam ruang mata uang digital dan memanfaatkan manfaat yang dijamin oleh kepemimpinan ini, atau kita dapat menyerahkan peran kepemimpinan kita kepada lawan geopolitik yang ingin mengambil alih sebagai raksasa global abad ke-21,” ungkap Armstrong.