News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Asia Tengah dan Selatan Pasar Terbesar Kripto, India Terbesar Total Transaksinya

Penulis: willy Widianto
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bitcoin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Empat tahun sekali, dunia kripto dihebohkan dengan halving Bitcoin(BTC). Setelah halving atau potongan 50 persen seperti terjadi di bulan Mei 2020, kini justru terjadi peningkatan besar-besaran pada transaksi BTC, yang didorong oleh bertumbuhnya adopsi dan keterlibatan komunitas.

Tren ini membawa manfaat bagi keseluruhan lanskap kripto. Halving keempat dan yang terbaru terjadi pada hari Jumat(19/4/2024) lalu dengan jumlah bitcoin yang dibuat setiap 10 menit sekali turun ke 3,125.

Yang membedakan halving tersebut dengan yang lain adalah meningkatnya keterlibatan institusional sejak 2020, disertai dengan integrasi produk-produk keuangan tradisional seperti ETF.

Baca juga: Bitcoin Halving Rampung, 5 Token Ini Layak Dipantau

Hal ini, bersama dengan berkurangnya hadiah blok dan makin banyaknya Bitcoin yang dipegang oleh para investor institusional jangka panjang, memicu pembahasan menyangkut guncangan pasokan.

"Kita tidak bisa mengetahui segalanya mengenai masa depan kripto. Namun, untuk mendapatkan wawasan lebih luas, kita harus memahami konteksnya. Mari kita bahas penggunaan Bitcoin saat ini dan bagaimana kita bisa sampai di sini," kata Pengamat Pasar Finansial Octa, Kar Yong Ang dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Sabtu(27/4/2024).

Diketahui kripto berawal dengan Bitcoin pada tahun 2009. Saat Bitcoin menjadi makin populer, mata uang lain, seperti Namecoin dan Litecoin di tahun 2011, memasuki pasar, dengan fitur uniknya masing-masing.

Kemajuan besar terjadi pada tahun 2015, ketika Ethereum dan kontrak pintar membuka pintu untuk aplikasi yang terdesentralisasi (dApps) dan tokenisasi aset.

Namun, maraknya ICO pada tahun 2017 juga membawa kekhawatiran mengenai penipuan dan regulasi, menyebabkan penurunan yang disebut Crypto Winter pada tahun 2018. Periode ini membawa masa ke penilaian ulang proyek-proyek blockchain, dan menyorot kebutuhan akan aplikasi praktis.

Pada tahun 2020, lanskap berubah dengan pertumbuhan finansial terdesentralisasi (decentralised finance atau DeFi), yang menyediakan layanan keuangan baru tanpa perantara tradisional. Hal ini menyebabkan kemunculan platform-platform seperti MakerDAO, Compound, dan Uniswap.

Pada tahun, terjadi lonjakan token non-fungible (NFT), yang menampilkan potensi blockchain dalam seni, barang koleksi, gaming, dan hiburan.

Tren ini mendapat perhatian masyarakat luas. Khususnya, NFT dari Beeple terjual dengan nilai yang memecahkan rekor sebesar $69 juta. Dengan perubahan ini, lembaga-lembaga seperti PayPal, Visa, dan Tesla makin menyambut terbuka mata uang kripto, dan ini adalah bukti peningkatan minat atas aset digital.

Makin banyak perusahaan mulai menerima kripto: Ralph Lauren, Microsoft, dan airBaltci melalui pembayaran online langsung; sementara Adidas, DoorDash, dan Chevron melalui kartu hadiah. Bitrefill bahkan melampaui batas ritel, mencakup kartu kredit, utilitas, pinjaman, layanan kesehatan, hipotek, dan banyak lagi.

Kemudian lanjut Kar Yong Ang pada tahun 2022, FTX, sebuah bursa kripto utama, bangkrut, menimbulkan keraguan di pasar. Namun, pada tahun 2023 pemulihan kuat terjadi, dengan melonjaknya nilai Bitcoin dan Ethereum, masing-masing lebih dari 160 persen dan dua kali lipat.

"Para investor seperti BlackRock dan Fodelity makin mendorong keyakinan, dan UE menyetujui beberapa regulasi kripto. Trend pembayaran kripto dan integrasi fintech," kata Kar Yong Ang.

Baca juga: Momen Halving Day Bitcoin, Sequal Ventures Akuisisi Project Web3 Superlative Secret Society

Dinamika wilayah dalam adopsi kripto tahun lalu menurut Kar Yong Ang, Asia Tengah dan Selatan serta Oseania termasuk pasar mata uang kripto yang paling dinamis di dunia. Dalam hal volume transaksi, wilayah-wilayah ini merupakan pasar terbesar ketiga setelah Amerika Utara dan Tengah, Eropa Utara dan Barat, serta menyumbang 20% dari aktivitas kripto global.

India menonjol dalam hal volume transaksi, dengan aset kripto bernilai $268,9 miliar diterima selama periode peninjauan. Para pemain institusional dan profesional adalah kontributor utama volume transaksi di semua wilayah.

Fakta bahwa negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMI) seperti India, Nigeria, dan Pakistan tetap menggunakan mata uang kripto adalah pertanda baik bagi masa depan kripto. Yang membuat negara-negara LMI menonjol adalah populasinya yang besar, mencakup 40% dari populasi dunia—lebih dari grup penghasilan lain. Jika negara-negara ini mewakili masa depan, maka kripto akan memainkan peran utama di masa mendatang.

Sementara dalam hal adopsi institusional, pendorong utamanya adalah perekonomian menengah ke atas dan perekonomian tinggi seperti AS, Brasil, Singapura, Malaysia, dll. Misalnya, di AS, para anggota parlemen California bergabung dengan Wyoming dan Arizona dalam mengusulkan undang-undang yang mengizinkan warga negara untuk membayar pajak dengan kripto. Adopsi di sana terus bertumbuh, meskipun adanya fluktuasi pasar, yang sekali lagi mengindikasikan hasil yang positif bagi kripto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini