TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Suzuki Karimun Wagon R dengan transmisi Auto Gear Shift (AGS) di Indonesia adalah yang pertama diluncurkan di dunia. Di India sendiri baru Celerio yang mengadopsi AGS atau mode dual transmisi manual dan matik ini.
Lantaran ‘baru’, wajar jika butuh penyesuaian dalam pengoperasiannya. Meski cara menggerakkan tuas perseneling mirip manual, tapi suka ‘khilaf’ apakah sedang di mode manual atau matik.
Tak heran jika pihak PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) mewanti-wanti awak media yang melakukan test drive beradaptasi dulu.
”Enggak lama kok adaptasinya. Paling sekitar 10 menit atau sejauh 3 km jalan tempuh akan terbiasa,” terang Dony Saputra, Head of 4W Product Development SIS saat test drive Karimun Wagon R AGS keliling Jakarta, Rabu (6/5/2015).
Sensasi Lebih
Tribunnews.com merasakan ada sensasi lebih mengemudikan Karimun dengan AGS ini. Saat tuas diarahkan ke mode manual, berasa ada ‘asisten’ yang membejek pedal kopling begitu perpindahan gigi. Padahal varian ini sama sekali tak ada pedal kopling.
Di mode transmisi manual, pengemudi yang punya kekuasaan penuh mengganti perpindahan gigi. Memindahkan gigi lebih tinggi cukup menggeser tuas perseneling ke belakang. Sebaliknya, menurunkan level gigi tinggal mendorong perseneling ke depan.
Pilihan mode transmisi manual ini cocok bagi yang menginginkan kendaraan diajak berakselerasi secara agresif.
Begitu transmisi di posisi D (Drive), maka Karimun Wagon R berubah total menjadi full matik. Saat melepas pedal rem dan tanpa menekan pedal gas, mobil akan mulai bergerak dengan sendirinya.
Di sini sistem komputerisasi mobil yang punya kekuasaan kapan perpindahan gigi dilakukan. Ketika jarum RPM begerak naik seiring dibejeknya pedal gas, maka komputer mobil akan memerintahkan pergantian gigi lebih tinggi. Begitu juga sebaliknya.
Jeda saat perpindahan gigi naik sangat berasa. Ada yang seperti menahan laju mobil sebelum masuk ke gigi atas. Pengemudi bisa tahu posisi gigi cukup dengan melirik layar MID di bawah jarum speedometer.
ECU (Electronic Control Unit) berusaha akan mengakomodir semua gaya pengemudi. Bila diajak gaya mengemudi irit alias ECO driving, maka perpindahan gigi ada di antara 1.500-2.000 RPM. Sedangkan saat diajak jalan-jalan normal maka pergantian gigi di anatra 2.000-3.000 rpm.
Nah, ketika Tribunnews.com menekan habis pedal gas yang membuat jarum RPM melesat garis merah, perpindahan gigi menjadi lebih responsif setelah mesin meraung terlebih dulu.
Dony menjelaskan perpindahan gigi AGS diatur Transmission Control Modul (TMC). Modul ini yang membaca sedalam apa pedal gas ditekan. Kadang hasil bacaan TMC terhadap keinginan pengemudi belum selaras. Kerap pergantian gigi tidak berjalan sesuai kehendak pengemudi. Ujungnya, mobil berasa kurang mengimbangi apa yang dimaui pengemudi.
Full matik tapi perawatan ala manual
Jangan buru-buru memvonis ‘memelihara’ Karimun Wagon R dengan AGS bakal menguras isi kantong. Dony menjamin perawatan mobil imut ini tak bedanya dengan transmisi manual. ”Meski matik tapi Karimun ber-AGS tak butuh oli matik. Jadi soal biaya perawatannya enggak sama dengan mobil matik pada umumnya,” terangnya.
Di samping itu, kubu PT SIS mengklaim AGS lebih bertenaga dibanding jenis transmisi matik lainnya. Ricky Patrayudha, Assistant Dept. Head Aftersales SIS, menyebutkan transmisi AGS membuat tenaga mobil bisa digunakan sampai kadar 93-97 persen. Kadar itu sebanding dengan manual (97 persen) dan lebih tinggi dari transmisi matik (86 persen) dan CVT (88 persen).
Kesimpulan
Pilihan AGS tersedia di semua varian Karimun Wagon R, kecuali GA. Beda harganya dengan manual di kisaran Rp 8 juta. Rinciannya, harga Karimun Wagon R GL Rp 113 juta, GX Rp 120 juta, GS Rp 121,5 juta, dan Dilago Rp 122 juta.
Banderol yang sebanding bagi yang ingin menikmati sensasi berkendara dengan dual mode transmisi. Deputy Managing Director R4 SIS Davy J Tuilan mengatakan, konsumen seperti membeli dua mobil. “Buy one get two,” ucapnya.