TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kebiasaan orang tua kita mematikan mesin dengan menderungkan mesin terlebih dahulu sebelum memutar kunci kontak ke posisi "off" masih sering dilakukan.
Padahal, kebiasaan ini justru salah kaprah, karena mobil-mobil generasi baru sudah jauh lebih canggih.
Salah satu alasan mengapa orang jaman dulu menderungkan mesin adalah demi menjaga daya aki tetap terjaga pada dinamo starter. Supaya, ketika mesin mau dinyalakan kemudian, bisa dengan mudah hidup.
Saiful Anwar, Wakil Bengkel Plaza Toyota Pemuda Jakarta Timur mengatakan, penyebab cepat rusaknya komponen pada mesin mobil bisa terjadi karena kebiasaan yang salah, misalnya bagaimana mematikan mesin kendaraan. Kebiasaan ini biasa dilakukan karena faktor turun-temurun, efek yang ditimbulkan juga tidak sesaat tapi dalam jangka waktu panjang.
“Komponen mesin akan cepat mengalami keausan, bahkan bisa membuat mesin jebol, saat tidak mengerti cara mematikan mobil tidak benar. Jika begitu usia mesin akan berkurang dari semestinya, jadi sangat merugikan,” ujar Saiful, Rabu (23/9/2015).
Saiful melanjutkan, jadi hindari mematikan mobil saat putaran mesin masih tinggi. Sebaiknya tunggu terlebih dahulu hingga rpm mesin stabil. Kemudian hindari kebiasaan menarik gas ketika akan mematikan kendaraan.
Sebelum mematikan mesin, pastikan beberapa fitur di dalam kabin sudah non aktif, seperti AC, sistem audio, dan lampu-lampu. “Jika memang tidak dalam kondisi darurat, sebaiknya tunggu sesaat ketika akan mematikan mesin mobil,” ujar Saiful.
Butuh pelumas
Saiful menambahkan, karena saat putaran tinggi, mesin butuh pelumasan yang lebih, dan ketika mesin dimatikan tiba-tiba, maka tekanan untuk pelumasan mobil akan berkurang drastis, padahal mesin masih dalam kondisi panas, yang harusnya masih membutuhkan sistem pelumasan.
“Pasalnya saat panas, kondisi komponen masih dalam temperatur tinggi dan posisi juga masih mengembang. Saat mesin dimatikan, otomatis supply pelumasan juga berhenti, akibatnya dinding dinding yang bersentuhan, seperti dinding silinder akan lebih cepat aus,” ujar Saiful.
Saiful mengibaratkan, manusia yang sedang berlari kencang, kemudian secara tiba-tiba dijegal kakinya dengan paksa oleh orang lain, dan pasti akan langsung terjatuh serta cedera.