Padahal, kepercayaan masyarakat yang minim terhadap produk China--apalagi untuk sebuah mobil, membuat kita bisa menebak, seberapa banyak sih Wuling bisa jualan untuk masyarakat Indonesia?
Tapi China begitu jeli melihat skema perdagangan global. Bertepatan dengan dibukanya kebijakan MEA, saat itu pula China membuka pabrik di Indonesia.
Skema sederhananya seperti ini, kalaupun nantinya produk mereka tidak laku di Indonesia, ratusan ribu unit mobil tersebut bisa dibuang ke negara sesama MEA--kawasan ASEAN.
Tak heran Wuling lebih bernyali dibanding Ford untuk mengucurkan banyak upeti bagi pemerintah. Tak heran juga, kenapa Ford pergi dan Wuling datang.
Tak beda pesannya dengan proyek kereta cepat yang digarap China, bukan Jepang yang merupakan anggota TPP.
Untuk saat ini, mungkin Jepang masih bisa menutup mata dengan pergerakan otomotif China di Indonesia.
Tapi dua tiga tahun kedepan, bahkan bisa saja tak lebih dari lima tahun, nasib produsen Jepang tak beda dengan Amerika saat ini di Indonesia.
Sekali lagi, itu kalau Jepang hanya mau berdagang, tidak berkarya, berinovasi dan kompetitif.