TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Hyundai Mobil Indonesia (HMI) mengaku sedang mempelajari menambah model rakitan lokal di pabrik Bekasi, Jawa Barat. Presiden Direktur HMI Mukiat Sutikno mengatakan permintaan perusahaan pada prinsipal, Hyundai Motor Company (HMC), bukan hanya menjual model baru itu di dalam negeri tapi juga dieskpor ke Asia Tenggara (ASEAN).
Mukiat mengatakan Hyundai masih tergolong pemain kecil di ASEAN. Bila ingin lebih kompetitif maka tidak bisa mengandalkan model yang sudah ada. Dikatakan, Hyundai butuh model spesifik buat ASEAN.
Menurut Mukiat produk paling cocok buat Indonesia dan ASEAN adalah MPV bawah dengan kapasitas 7-penumpang. Namun kendalanya, HMC belum punya produk seperti itu.
“ASEAN itu pasarnya 3,8 juta unit, Hyundai mau berapa persen? Untuk bisa sukses di ASEAN butuh produk spesifik, itu yang kita informasikan ke HMC. Dengan kata lain mau berapa persen,” kata Mukiat, di Jakarta, Kamis (18/2/2016).
Pasar MPV tidak hanya besar di Indonesia, ujar Mukiat. Bila melihat tren global, MPV juga berkembang di Brazil, China, dan India.
carstyling.ru Bagian belakang konsep MPV Hyundai yang bisa menampung delapan penumpang.
Konsep MPV 7-penumpang Hexa
Absennya Hyundai di segmen MPV 7-penumpang sepertinya akan berubah tidak lama lagi. Pada 2012 lalu Hyundai sudah memperkenalkan konsep bernama Hexa sebagai cikal bakal produk baru.
“Sebenarnya kan sudah ada beberapa bocoran Hyundai lagi tes Hexa,” kata Mukiat.
Hexa dalam wujud produksi sempat terekam kamera sedang diuji di India. Menurut Autocar India dalam laporannya pada Juli 2015, model dengan nama kode “IP” itu telah dikonfirmasi menuju produksi.
Disebutkan juga Hexa berbagi berbagai komponen dengan SUV kompak Creta yang sudah diproduksi dan diluncurkan di India. Meski belum ada keterangan resmi, IP dikatakan menggendong mesin bensin 1.4L, sedangkan bensin 1.6L dan diesel 1.6L akan diperkenalkan kemudian.
Mukiat pernah bilang Creta belum cocok untuk Indonesia karena pilihan mesin bensinnya 1.6L. Masalahnya, mesin itu melewati batas minimal tarif pajak barang mewah terendah yang tidak lebih dari 1.500cc.
“Menurut kami mereka sedang tes, ‘yes or no’ belum tahu. Tapi menurut saya mereka (HMC) sudah sadar, untuk Indonesia, untuk ASEAN, kalau tidak bikin produk spesifik, lupakan saja,” ujar Mukiat.
Mukiat tidak menyebut apakah IP akan diproduksi di Indonesia. Meski begitu semua pilihan dikatakan dipelajari.
Terkait pengembangan dan produksi model baru, Mukiat menggambarkan HMC tidak perlu dana terlalu besar seperti pada model global. Pasalnya, pengembangan seperti tes musim dingin tidak diperlukan sebab di Indonesia tidak ada salju. Selain itu banyak hal lain yang bisa dipangkas namun masih sesuai standar, misalnya ketebalan pelat.
Penulis: Febri Ardani Saragih